Logo

Bangkitkan Petani Lokal Satu-satunya Cara Atasi Persoalan Kedelai

Reporter:,Editor:

Rabu, 06 January 2021 06:00 UTC

Bangkitkan Petani Lokal Satu-satunya Cara Atasi Persoalan Kedelai

Ilustrasi Kedelai

JATIMNET.COM, Surabaya - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur menilai perlunya pembenahan dari hulu ke hilir produksi kedelai lokal. Caranya dengan terobosan budidaya kedelai. 

Wakil Ketua Umum Bidang Pertanian dan Pangan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jatim Edi Purwanto mengatakan, fluktuasi harga kedelai impor hanya bisa diselesaikan dengan membangkitkan petani lokal. "Petani kedelai lokal harus dibangkitkan agar ketergantungan terhadap kedelai impor bisa ditekan," ujar Edi di Surabaya, Rabu 6 Januari 2021. 

Data Kadin Jatim, produksi kedelai lokal selama tahun lalu hanya 320 ribu ton secara nasional. Masih jauh dari kebutuhan yang mencapai 2,5 juta ton per tahun. 

Pun demikian dengan produksi kedelai Jatim yang sepanjang 2020 hanya sekitar 57.235. Sedangkan kebutuhan kedelai Jatim mencapai 447.912 ton per tahun. "Kekurangan tersebut pastinya diperoleh dari impor. Dan jumlahnya sangat besar," tegasnya.

BACA JUGA: Stok Kedelai di Jatim Defisit 39 Ribu Ton

Sebanarnya, kebangkitan petani kedelai lokal adalah keniscayaan untuk menghilangkan ketergantungan Indonesia terhadap kedelai impor. Mengingat sudah ada perusahaan lokal yang berhasil mengembangkan benih kedelai kualitas unggul dengan produktivitas yang cukup tinggi di Jember.

Ia yakin dengan sedikit rekayasa, kedelai yan produktivitasnya rendah jika ditanam di Indonesia, bisa meningkat. "Dengan rekayasa pembenihan, prodiktivitas benih kedelai kualitas unggul di Jember ini bisa mencapai 3 ton hingga 3,2 ton per hektar," kata dia. 

Selama ini, kata Edi, ada beberapa faktor kenapa kedelai lokal tidak diminati, baik oleh petani maupun oleh pengrajin tahu dan tempe. Pertama produktivitas kedelai lokal rendah, hanya sekitar 1,3 ton per hektar. Sementara biaya pengolahan tinggi, sehingga petani lebih memilih menanam padi dan jagung yang dianggap lebih menguntungkan.

BACA JUGA: Produksi Kedelai di Jatim Turun

"Di sisi lain, pengrajin tempe dan tahu juga kurang berminat karena kualitas dianggap rendah, biji kedelai kecil dan tidak rata serta kulit ari keras sehingga membutuhkan waktu lama dalam proses peragian," tegasnya. 

Ketua Umum Kadin Jatim Adik Dwi Putranto sangat antusias dan memberi dukung penuh kepada industri benih kedelai lokal yang berhasil mengembangkan benih kedelai kualitas unggul. 

Karena dengan menggerakkan kembali petani kedelai lokal akan mampu mengurai persoalan fluktuasi harga kedelai impor. "Kami juga akan berupaya menjembatani dengan pemerintah agar budidaya kedelai lokal kualitas unggul ini bisa disebarluaskan ke petani, sehingga harapan swasembada kedelai nasional bisa tercapai," kata Adik.