JATIMNET.COM, Ponorogo – Dinas Kesehatan Ponorogo menyatakan terdapat empat orang terkena demam berdarah dengue (DBD) hingga pertengahan Januari 2020.

Jumlah itu tersebar di Kecamatan Babadan dengan dua pasien, Kecamatan Jetis dan Kecamatan Sawoo masing-masing satu pasien. Jumlah ini jauh lebih baik dibandingkan Januari 2019 yang terdapat 806 warga terkena DBD, hingga mencatat Kejadian Luar Biasa (KLB).

“Kami meminta warga agar tidak terlalu resah adanya isu wabah DBD,” kata Kasie Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Menular, Edi Kusnanto, Kamis 16 Januari 2020.

BACA JUGA: Cegah DBD, Dinkes Ponorogo Bagikan Ratusan Ikan Cupang

Dia tidak menampik sejauh ini penyakit yang menyertai memang banyak, seperti Demam Dengue (DD) dengan tifus. Namun dia mengingatkan bahwa DD berbeda dengan DBD. Menurut standar WHO, lanjutnya, seseorang bisa terkena DBD tidak hanya dilihat pada jumlah trombosit yang turun.

“Dilihat hematokritnya apakah ada penurunan 20 persen, kalau ada penurunan trombosit tapi hematokritnya masih normal itu belum masuk DBD, tapi demam dengue,” terangnya.

Hematokrit merupakan perbandingan jumlah sel darah merah dengan volume darah keseluruhan yang dihitung dalam persentase. Umumnya pemeriksaan hematokrit dilakukan untuk mendeteksi anemia, mendampingi pemeriksaan kadar hemoglobin

BACA JUGA: Seorang Anak di Madiun Meninggal akibat Demam Berdarah

Permintaan dilakukan fogging atau pengasapan karena ancaman wabah DBD seperti tahun lalu. Hal ini membuat Dinkes Ponorogo melakukan penyelidikan epidemiologi, apakah benar penderita DBD tertular dari lingkungannya.

“Bisa saja penderita tertular dari tempat lain, di mana dia bekerja atau sekolah. Sementara lingkungannya bersih tidak ada jentik,” ujarnya.

Edi mengingatkan masyarakat agar selalu waspada terhadap sarang-sarang nyamuk dan tempat berkembangnya jentik. Salah satu langkah yang sudah dilakukan dinkes adalah dengan membagikan ikan cupang untuk ditaruh di tempat tergenangnya air.