Logo

Bukan Agama, Kapribaden: Jalan Laku Mengenal Diri dan Menyatu dengan Tuhan

Reporter:,Editor:

Sabtu, 02 August 2025 08:00 UTC

Bukan Agama, Kapribaden: Jalan Laku Mengenal Diri dan Menyatu dengan Tuhan

Herman Useno, salah satu penghayat kepercayaan Kapribaden saat ditemui di kediamannya di kawasan Perumahan Jombang Permai, Kecamatan Jombang, Kabupaten Jombang, Jawa Timur pada Sabtu 2 Agustus 2025. Foto:Taufir Rachman

JATIMNET.COM, Jombang – Sebanyak 19 warga Kabupaten Jombang resmi tercatat sebagai penghayat kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam identitas kependudukannya. Satu di antaranya Herman Useno, warga Perumahan Jombang Permai.

Pria berusia 63 tahun ini merupakan ketua kelompok penghayat Kapribaden Kabupaten Jombang. Bagi Herman, tidak memeluk salah satu agama resmi yang ditetapkan pemerintah merupakan pilihan spiritual mengenal diri dan mengenal Tuhan.

"Ini bukan agama, tapi jalan laku untuk mengenal diri dan menyatu dengan Sang Urip (Tuhan). Kami menghormati semua agama." ucap Herman Useno saat dikunjungi dikediamannya, Sabtu 2 Agustus 2025.

Kepercayaan yang dianut Herman merupakan kehidupan spiritual penghayat Kapribaden berlangsung sunyi.

Mereka berdoa di rumah masing-masing setiap Senin Pahing, tanpa ritual besar atau pengkultusan. "Yang kami sembah hanya satu, Gusti. Tidak ada yang lain," tegasnya.

BACA: 19 Warga Jombang Resmi Terdaftar Sebagai Penghayat Kepercayaan

Herman juga mengatakan ajaran ini fokus pada pengenalan tujuh lapisan tubuh manusia hingga mencapai kesadaran akan urip (roh) yang berasal dari Tuhan. Perjuangan pengakuan identitas telah lama menjadi tantangan.

"Di KTP-nya kini sudah tercantum 'Kepercayaan Tuhan YME', menggantikan strip kosong sebelumnya. Jadi, banyak teman penghayat masih takut terbuka karena trauma masa Orde Baru," paparnya.

Status kepercayaan di KTP ini tertuang dalam perubahan menyusul Putusan MK tahun 2017 yang mengakui hak administratif penghayat kepercayaan. Bahkan, Kapribaden yang berdiri sejak 1978 memiliki sejarah unik.

"Berawal dari 'Sabdo Tinulis' atau sabda tertulis aksara Jawa dan tongkat kayu galih kelor sebagai simbol komando, ini pernah dicurigai di masa lalu. Kami tidak promosi, kalau cocok, jalani dan kalau tidak, ya tidak apa-apa," ungkap Herman.

BACA: 60 Ribu Warga Jawa Timur Kantongi KTP Penghayat Kepercayaan 

Dalam keseharian, Herman hidup harmonis dengan tetangga berbagai agama. Keberadaan penghayat Kapribaden menjadi bukti keragaman spiritual Indonesia yang tetap lestari di tengah modernisasi. 

"Kami tidak mencari siapa yang paling benar, hanya ingin hidup selaras dengan kehendak Tuhan," tutupnya.

Sebelumnya, Kepala Bidang Pelayanan Pendaftaran Penduduk Dispendukcapil Jombang, Mufattichatul Ma’rufah telah mengonfirmasi, bahwa di system administrasi kependudukan sudah menyediakan opsi 'penghayat kepercayaan'.

"Di Jombang sekarang ada kurang lebih sekitar 19 warga Jombang yang memilih identitas ini di dokumen kependudukan," jelas Mufattichatul.

Perlu diketahui, Penduduk di Indonesia bisa menentukan keyakinan dengan kepercayaan yang dipegangnya bisa membawa hidup lebih bermakna dan bermanfaat. Seperti di sila ke pertama Ketuhanan Yang Maha Esa.

DI sila tersebut mengakui keberadaan Tuhan dan memberikan landasan bagi kehidupan beragama di Indonesia. Pancasila tidak hanya mengakui keberadaan Tuhan, tetapi juga menekankan pentingnya toleransi dan kerukunan antarumat beragama.