JATIMNET.COM, Probolinggo – Gelombang tinggi hingga dua meter di perairan Probolinggo membuat kapal yang akan menuju Mandangin, Madura dan Pulau Gili Ketapang, pada Minggu 2 Juni 2019 tertunda hingga pukul 19.00 WIB.

Para pemudik tetap menggunakan jalur laut melalui Pelabuhan Tanjung Tembaga Probolinggo meski sempat terjadi gelombang tinggi.

Pada H-2 Lebaran 2019, para pemudik rela berdesakan dan tidur di atas kapal agar bisa pulang ke kampung halaman. Mereka rata-rata merantau ke Probolinggo untuk bekerja atau sekolah.

BACA JUGA: Transisi Toron Petolekoran Warga Gili Ketapang dari Ziarah Jadi Budaya Belanja

Kapal motor tradisional menjadi satu-satunya moda transportasi untuk pulang kampung lewat jalur laut yang ada di Probolinggo. Tak hanya digunakan mengangkut penumpang, kapal yang terbuat dari kayu itu juga memuat barang-barang dagangan.

Seorang pemudik, Ihsan mengaku tetap memilih jalur laut karena biayanya yang lebih murah dari jalur darat. “Sekitar Rp 20 ribu, berbeda jauh jika lewat darat yang mencapai Rp 100 ribu,” ujar Ihsan saat menunggu kapal yang akan dinaikinya berangkat, Minggu 2 Juni 2019.

Selain itu, jalur laut juga memperpendek waktu tempuh dibandingkan melalui jalur darat. “Kalau lewat laut lima jam sudah sampai. Lewat jalur darat bisa sampai delapan jam,” katanya.

BACA JUGA: Mabes Polri Pantau Arus Mudik di Exit Tol Probolinggo

Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Klas IV Probolinggo, Subuh mengatakan, diizinkannya kapal motor berlayar lantaran kondisi gelombang saat ini sudah berangsur normal.

Meski demikian, Subuh tetap mengimbau pemudik yang lewat jalur laut agar menggunakan life jacket untuk keselamatan.

Sedangkan nakhoda kapal diimbau tetap mematuhi aturan yang ada dengan tidak mengangkut penumpang dan barang melebihi kapasitas.

“Pelayaran antar pulau jarak dekat diizinkan mengingat gelombang sudah reda saat ini,” terang Subuh.

Gelombang Tinggi, Keberangkatan Kapal di Pelabuhan Probolinggo Sempat Tertunda