Jumat, 24 September 2021 09:40 UTC
PENANGKARAN MERAK. Merak biru atau merak India koleksi Adit Yachya di tempat penangkaran Desa Bandung, Kecamatan Gedeg, Kabupaten Mojokerto, Jumat, 24 September 2021. Foto: Karina Norhadini
JATIMNET.COM, Mojokerto – Pemuda berusia 23 tahun di Desa Bandung, Kecamatan Gedeg, Kabupaten Mojokerto, sukses membuat penangkaran merak. Bahkan, dirinya juga beternak merak hijau (pavo muticus) yang dilindungi.
Adit Yachya, putra daerah Mojokerto ini rupanya sudah menyukai satwa-satwa langka dan kategori eksotis sejak dirinya masih remaja dan jadi siswa kelas III SMAN Gedeg tahun 2016 silam. Awal mulanya, anak bungsu dari empat bersaudara ini hanya merawat puluhan burung love bird.
Namun, sejak melihat konten di salah satu akun youtube penangkar merak hijau dari Madiun lima tahun silam, sejak itu dia tertarik untuk menambah koleksi hewan eksotisnya si merak biru atau merak India.
"Tertarik pelihara satwa eksotik dari sekolah SMA tahun 2016. Awalnya love bird dulu. Terus lihat dari video youtube Mbah Surat di Madiun, jadi tertarik menangkar merak," ucap anak dari pasangan Asrudin, 65 tahun, dan Masnah, 60 tahun ini.
Awalnya hewan spesies burung dalam genus Pavo dan Afropavo dari familia ayam hutan Phasianidae ini yang dipilih untuk dipelihara masih sebatas merak India atau merak biru (Pavo Cristatus) karena bebas diperjualbelikan. Sebab, pemeliharaan merak hijau atau merak Jawa membutuhkan izin dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) setempat.
BACA JUGA: Pemkab Situbondo Akan Kembangkan Wisata Merak Baluran
Hingga akhirnya pada awal tahun 2021 Adit memulai penangkaran merak hijau yang dilindungi.
"Pas 2016 pelihara merak India atau merak biru dulu. Soalnya memang tidak dilindungi dan bisa diperjualbelikan secara online juga. Kalau merak Jawa, peliharanya saja harus ada surat menyurat atau izin. Habis menetas saja sudah harus didata BKSDA, umur tiga bulan dikasi (diberi) ring (cincin) kaki untuk identitasnya," ucapnya.
Adit berujar jika perawatan merak hijau dan merak India yang dimilikinya tidak rumit. Malah menurutnta sangat mudah. Sebab, hampir sama dengan memelihara hewan unggas pada umumnya.
PENANGKARAN MERAK. Adit Yachya memberikan sayuran pada anakan merak di tempat penangkaran Desa Bandung, Kecamatan Gedeg, Kabupaten Mojokerto, Jumat, 24 September 2021. Foto: Karina Norhadini
"Sama saja dengan perawatan ayam, mudah, dan sederhana. Cukup dua kali sehari, dikasi (diberi) pakan pabrikan terus camilannya pepaya dan kangkung. Minumnya air ledeng (kran) biasa," dia menjelaskan.
BACA JUGA: 'Hunting' Foto Satwa Liar Dilindungi di Masa Pandemi
Meski perawatannya sederhana, ternyata harga per ekor burung yang selalu mengembangkan bulu indahnya di musim kawin itu memiliki harga yang sangat fantastis.
Satu ekor anakan merak India mencapai Rp5 juta namun harganya bisa berbeda tergantung jenis warnanya. Adit saat ini memiliki merak India berwarna biru, putih, blorok, ungu, dan coklat.
Berbeda dengan anakan merak hijau asli Indonesia yang harganya mencapai puluhan juta rupiah. Usia enam bulan sampai satu tahun saja per ekor nilai jualnya mencapai Rp35 juta.
"Sekarang baru menangkar dua pasang indukan (empat ekor) dan empat ekor anakan merak Jawa. Dan memang merak paling mahal, yah memang asli Jawa Indonesia," ucap pemuda kelahiran April 1998 itu.
MERAK JAWA. Merak hijau khas Jawa koleksi Adit di tempat penangkaran Desa Bandung, Kecamatan Gedeg, Kabupaten Mojokerto. Foto: Karina Norhadini
BACA JUGA: Jual Satwa Dilindungi, Pemuda Madiun Ditangkap
Selain melakukan penangkaran, dia juga memperjualbelikan merak-merak peliharaannya itu, baik jenis merak India dan merak hijau yang dilindungi negara.
Namun, jual belinya hanya menembus pasar domestik seperti Jakarta, Kalimantan, Jawa-Bali, hingga Sorong, Papua.
Menariknya, Adit mengatakan penjualan merak justru meningkat hingga dua kali lipat setiap bulannya selama pandemi Covid-19. Hal itu terjadi karena sejumlah warga yang membeli merasa bosan harus membatasi aktivitas di luar rumah selama pandemi.
Bahkan tak jarang, dirinya harus mencari merak ke penangkar lain untuk memenuhi permintaan pembelinya.
"Sejak Covid-19 justru meningkat 100 persen, misal sebulan keluar 5-10 ekor. Sekarang bisa sampai 20 ekor. Bahkan sampai enggak menuhin (memenuhi), nyari (mencari) penangkar lain. Pembeli rata-rata katanya butuh hiburan di rumah," ucap Adit.
Adit tak serta merta berorientasi pada keuntungan atau uang dalam bisnisnya. Sebab, dirinya lebih mengutamakan ikut menjaga eksistensi merak di Indonesia terutama penangkaran merak hijau asli Indonesia yang menjadi incaran perdagangan ilegal mancanegara.
JAGA POPULASI. Adit mengecek telur unggas terutama merak yang dalam proses penetasan untuk menjaga populasinya. Foto: Karina Norhadini
Sebab populasi merak Jawa tidak banyak. Selama musim kawin, merak Jawa hanya sekali bertelur dan sedikit sekali yang menetas. Misalkan dari enam butir telur hanya dua butir saja yang bisa ditetaskan induknya.
Adit pun memilih membeli alat penetas telur untuk menyelamatkan atau memperbesar peluang telur merak Jawa lebih banyak menetas.
BACA JUGA: Berkunjung ke TN Baluran, Komisi IV DPR RI Minta Tetap Lestarikan Banteng
"Saya memang jual, tapi lebih utamanya saya hobi mengoleksi dan menangkarkan hewan-hewan eksotis ini. Tetap patuh hukum. Katanya dulu merak tidak bisa diternak, alhamdulilah ternyata bisa walau butuh usaha ekstra menjaga telur agar bisa menetas dengan jumlah maksimal," katanya. 
Tak hanya merak, dia juga menangkar jenis uanggas lainnya di lahan seluas 12x25 meter, seperti ayam cemani, ayam kalkun, burung, dan ayam American silkie (ayam kapas halus berbulu sutra).
Sementara itu, Pengendali Ekosistem Hutan BBKSDA Jawa Timur Fajar Dwi Nur Aji mengatakan merak memang bisa diperjualbelikan. Namun, untuk merak Jawa asli Indonesia yang merupakan satwa dilindungi harus ada kelengkapan surat menyurat dalam kepemilikannya.
Syarat jual beli merak Jawa di antaranya harus disertai sertifikat penangkaran dan dokumen Surat Angkut Tumbuhan dan Satwa Dalam Negeri (SATSDN).
"Ditangkar dan dijual beli boleh. Tapi kalau merak Jawa harus ada kelengkapan surat untuk hasil penangkaran generasi kedua dan berikutnya alias cucunya,” katanya.
