Logo

Relokasi SD yang Kena Tanah Gerak di Ponorogo Tertunda 2021

Reporter:,Editor:

Kamis, 12 March 2020 10:00 UTC

Relokasi SD yang Kena Tanah Gerak di Ponorogo Tertunda 2021

TANAH GERAK. Dua bangunan SDN 2 Tugurejo, Ponorogo, yang sempat terkena tanah gerak dan dibangun kembali. Relokasi SD yang rawan tanah gerak ini tertunda tahun 2021. Foto: Gayuh Satria

JATIMNET.COM, Ponorogo – Siswa dan orang tua atau wali murid SDN 2 Tugurejo, Kecamatan Slahung, Kabupaten Ponorogo, harus bersabar. Sebab, rencana relokasi SD setempat baru bisa dilakukan dan dianggarkan dalam APBD 2021.

SD setempat akan direlokasi karena berada di lahan yang rawan tanah gerak. Dua dari beberapa kelas yang ada pernah mengalami tanah gerak tahun 2016 hingga membuat bangunan miring dan bangunan terpaksa dirobohkan.

Sebagai penggantinya, warga secara swadaya telah membuatkan dua ruang kelas untuk kelas 3 dan 4 namun siswa mengaku kurang nyaman karena beratapkan seng dan rangka galvalum.

BACA JUGA: Relokasi SDN 2 Tugurejo Ponorogo Gunakan Tanah Kas Desa

Penundaan rencana relokasi SD setempat pada tahun 2021 dikatakan Bupati Ponorogo Ipong Muchlissoni. “Anggaran yang digunakan untuk membangun SD cukup besar, mencapai Rp7 miliar,” kata Ipong, Kamis, 12 Maret 2020.

Ipong beralasan penundaan dilakukan karena beberapa hal misalnya APBD 2020 yang sudah terlanjur dibuat dan realisasinya sedang berjalan. Ia mengklaim sudah tidak ada alokasi pos anggaran lain yang bisa digunakan untuk pembangunan gedung baru SDN 2 Tugurejo.

Relokasi rencananya akan menggunakan tanah kas desa setempat. Sebelum membangun gedung SD yang baru, Pemkab Ponorogo akan membangun infrastruktur pendukung seperti jalan dan sarana pendukung lainnya.

BACA JUGA: Sering Roboh, Sekolah di Ponrogo Direlokasi

“Kalau membangun jalan tidak sampai Rp1 miliar dan bisa diambilkan dari dana tidak terduga,” katanya.

Politikus NasDem tersebut menambahkan Pemkab juga akan merenovasi dua kelas sementara yang sudah dibangun secara swadaya oleh warga agar lebih kondusif untuk kegiatan belajar dan mengajar di SD setmpat.

Dua kelas tersebut adalah kelas 3 dan 4 yang dirobohkan tahun 2016 karena sudah tak layak akibat terkena tanah gerak. “Sifatnya sementara sambil menunggu yang mungkin kita laksanakan di tahun 2021,” kata Ipong.