
Reporter
Agus SalimSabtu, 19 Februari 2022 - 09:00
Editor
Bruriy Susanto
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI, Airlangga Hartarto dan Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang hadir di Groundbreaking pabrik baru di PT Smelting Gresik, Jawa Timur, Sabtu 19 Februari 2022. Foto: PT Smelting.
JATIMNET.COM, Gresik - PT Smelting Gresik kembali meningkatkan kapasitas produksi smelter tembaga 30 persen dari kapasitas sebelumnya, dari 300.000 ton menjadi 342.000 ton katoda tembaga per tahun.
Groundbreaking pembangunan ekspansi pabrik smelter tembaga pertama dan satu-satunya di Indonesia saat ini dilakukan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI, Airlangga Hartarto dan Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang.
Direktur Pengembangan Bisnis dan Komersial PT Smelting Gresik, Irjuniawan P Radjamin, pembangunan perluasan pabrik ini membutuhkan waktu dua tahun dengan target pembangunan selesai sebelum akhir Desember 2023.
Selama ini, PT Smelting Gresik mengolah konsentrat tembaga hasil tambang PT Freeport Indonesia di Papua, PT Smelting mempunyai tiga pabrik, terdiri dari pabrik peleburan (smelter), pabrik pemurnian (refinery) dan pabrik asam sulfat.
Baca Juga: Mantan Karyawan PT Smelting Dihukum Bayar Hutang Akibat Wanprestasi
“Pekerjaan ekspansi kali ini untuk manambah pabrik asam sulfat baru. Juga menaikkan kapasitas beberapa peralatan di smelter dan menambah jumlah sel elektrolisa di refinery. Nilai investasi nya Rp 3,2 Triliun," jelas Wawan, panggilan akrab Irjuniawan P. Radjamin, Sabtu 19 Februari 2022.
Dengan pembangunan ekspansi pabrik kali ini, berarti PT Smelting telah empat kali melakukan peningkatan kapasitas produksi, tahap pertama, kapasitas produksi katoda tembaga hanya 200 ton per tahun.
Pada tahun 1999, ekspansi pertama dilakukan dengan menambah kapasitas produksi katoda tembaga menjadi 255 ton per tahun, berikutnya, tahun 2001 ditingkatkan lagi menjadi 270 ton. Ekspansi ketiga tahun 2009 menjadi 300 ton per tahun.
Dengan pembangunan pabrik baru ini, PT Smelting yang semula hanya mengolah 1 juta ton konsentrat tembaga per tahun, akan meningkat menjadi 1,3 juta ton konsentrat per tahun.
Baca Juga: PT Smelting Kurangi Produksi Untuk Penyediaan Oksigen Medis Tangani Covid-19
"PT Smelting terus berkomitmen untuk terus berkontribusi terhadap negeri kita tercinta. Dengan peningkatan kapasitas produksi ini, tentu akan makin mengokohkan Indonesia sebagai salah satu produsen tembaga dunia," tegas Wawan.
Selain itu, PT Smelting terus meningkatkan kontribusi langsung ke masyarakat sekitar pabrik melalui program CSR (Corporate Social Responsibility), menjadi penyumbang utama surplus perdagangan Jawa Timur maupun nasional.
Sebagai catatan, perusahaan pengolah tembaga pertama di Indonesia ini berdiri tahun 1996, dengan teknologi smelter terbaik di dunia ini mayoritas sahamnya dimiliki Mitsubishi Materials Corporation (MMC) Jepang dan sebagian saham dimiliki PT Freeport Indonesia (PTFI).
Selain memproduksi katoda tembaga LME Grade A, PT Smelting juga menghasilkan asam sulfat untuk bahan baku pabrik pupuk Petrokimia Gresik, terak tembaga untuk bahan baku industri semen dan gypsum untuk bahan baku industri semen.
Dalam penggunaannya, Katoda tembaga di proses lebih lanjut menjadi produk kawat/kabel (wire rod), batang tembaga (copper rod), dan berbagai produk berbasis tembaga, sebagian besar produk katoda tembaga diekspor menjadi penyumbang devisa negara.