Logo

Pawai Budaya Kota Probolinggo 2025, Merawat Tradisi dan Gerakkan Ekonomi

Reporter:,Editor:

Sabtu, 27 September 2025 11:00 UTC

Pawai Budaya Kota Probolinggo 2025, Merawat Tradisi dan Gerakkan Ekonomi

PAWAI BUDAYA. Salah satu kontingen peserta Pawai Budaya Kota Probolinggo, Sabtu, 27 September 2025. Foto: Zulafif

‎‎JATIMNET.COM, Probolinggo – Pawai Budaya Kota Probolinggo tahun 2025 kembali menghadirkan wajah berbeda. Tak sekadar menjadi ruang ekspresi seni dan pelestarian kearifan lokal, namun juga menggerakkan denyut nadi ekonomi.

‎‎Sejak pagi, ribuan warga tumpah ruah di sepanjang Jalan Panglima Sudirman hingga Jalan Ahmad Yani, Sabtu, 27 September 2025.

‎‎Mereka antusias menyaksikan kemeriahan pawai yang menjadi bagian dari rangkaian Hari Jadi Kota Probolinggo ke-666.

‎‎Suasana berubah menjadi pesta rakyat dengan sorak-sorai penonton yang tak henti-hentinya memberi dukungan bagi peserta.

‎‎Dengan mengusung tema “Semangat Bersatu Mewujudkan Kreativitas, Kearifan Lokal, dan Kemandirian untuk Kota Probolinggo yang Bersolek”, pawai diikuti 38 kontingen.

‎‎Mereka datang dari instansi pemerintah, sekolah, komunitas seni, hingga kelompok masyarakat yang masing-masing menampilkan atraksi khasnya.

‎‎Beragam penampilan tersaji, mulai musik tradisional, tari daerah, hingga parade busana adat nusantara. Atraksi Jaran Bodak, kesenian khas Probolinggo, menjadi tontonan yang paling menyita perhatian.

‎‎Bambang Sutrisno, warga Mayangan, menyebut pawai budaya sebagai cermin kebanggaan kota. “Tradisi kita begitu kaya. Pawai ini jadi momentum penting agar masyarakat tidak melupakan warisan leluhur,” tuturnya.

PAWAI BUDAYA. Salah satu kontingen peserta Pawai Budaya Kota Probolinggo, Sabtu, 27 September 2025. Foto: Zulafif

‎‎Wali Kota Probolinggo Aminuddin menekankan pentingnya pawai budaya sebagai sarana strategis.‎

‎“Selain menjaga warisan budaya tak benda, seperti Jaran Bodak, Duk-Duk, dan Kembang Lamaran. Kegiatan ini juga memberi ruang bagi pelaku UMKM untuk merasakan manfaat ekonomi. Inilah bukti bahwa budaya bisa berjalan beriringan dengan kesejahteraan,” ujarnya.

‎‎Itu terbukti di sepanjang jalur pawai, pedagang kecil dan pelaku UMKM kebanjiran pembeli. Sukar, penjual es teh “Dendang”, bahkan mengaku kewalahan.‎

‎“Sejak pagi sampai siang sudah habis 15 galon. Saya harus minta tambahan stok dari rumah. Alhamdulillah, ramai sekali,” katanya sambil tersenyum lega.‎

‎Pawai yang berlangsung sejak pukul 09.00 hingga sore hari itu tak hanya menghadirkan hiburan, tetapi juga memperlihatkan bagaimana seni dan tradisi lokal mampu bersinergi dengan geliat ekonomi rakyat.‎

‎Pawai Budaya Probolinggo 2025 menegaskan sebagai agenda tahunan yang bukan hanya menghidupkan denyut kebudayaan, melainkan juga menjadi motor penggerak kesejahteraan masyarakat kota.