Logo

HUT RI ke-77, Gus Durian Mojokerto Gelar Nobar Film Tema Perdamaian

Reporter:,Editor:

Sabtu, 20 August 2022 23:00 UTC

HUT RI ke-77, Gus Durian Mojokerto Gelar Nobar Film Tema Perdamaian

PERDAMAIAN. Nobar dan diskusi fil dokumenter bertema perdamaian di Gereja Katholik Santo Yosep, Kota Mojokerto, dalam rangka memperingati HUT Kemerdekaan RI ke-77, Sabtu malam, 20 Agustus 2022. Foto: Karina Norhadini

JATIMNET.COM, Mojokerto – Gusdurian Mojokerto menggelar peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia ke-77 dengan diawali seruan perdamaian di Gereja Katholik Santo Yosep, Kota Mojokerto, Sabtu malam, 20 Agustus 2022.

Seruan perdamaian diucapkan penggerak Gusdurian Mojokerto, Belinda, dalam acara bertajuk nobar dan diskusi film dokumenter “Mantan Tentara Anak Muslim dan Kristen Ambon yang Jadi Duta Damai.

Berbagai elemen masyarakat hadir dalam acara tersebut, mulai dari Jemaat Khusus Gereja Khatolik, NU, Gusdurian, hingga berbagai pengamat dan komunitas yang fokus dalam membangun bersama perdamaian antarumat beda agama.

Pada malam itu, seketika lampu padam, musik teatrikal memandu pemutaran film. Suasana diam dan tenang menyelimuti selama pemutaran film itu berlangsung. Setelah selesai, pastor Rekan Paroki Santo Yosep Mojokerto, Romo Andreas Putra, membuka diskusi.

BACA JUGA: HUT RI, Resto di Mojokerto Sajikan Menu Tradisional dan Lomba Khas Kemerdekaan

“Film cukup singkat ini menyadarkan bahwa konflik itu tidak lahir dari suku budaya agama, tapi itu lahir dari kebencian individu masing-masing,” kata dia.

Film tersebut mengurai banyak tentang konflik beda agama. Flim ini menceritakan kehidupan di wilayah Indonesia timur dalam bingkai anak muda yang tergerus akan konflik perbedaan yang menimbulkan kebencian.

Romo kembali menjelaskan bahwa sebenarnya kita semua belum merdeka dalam perbedaan. Pada kenyataannya masih banyak konflik dalam perbedaan baik ras, suku maupun budaya.

Sementara itu, Ketua Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) Mojokerto (CSO Anti Hoax) Cahya Suryani menyebutkan poin penting mengapa kebencian beda agama di film tersebut bisa terjadi. Dalam rujukan teori psikologi, menurutnya, hal itu karena pengaruh kognitif dan afektif yang terjadi di peristiwa tersebut.

“Informasi yang mereka terima adalah negatif yaitu saling membenci antaragama. Membentuk standar negatif di antara satu sama lain. Maka dari itu, kebencian agama di film tersebut bisa terjadi,” katanya.

BACA JUGA: Semarak Kemerdekaan HUT RI ke-77, Kota Mojokerto Gelar Gerakan 10 Juta Bendera Terpasang

Film tersebut diangkat dari kisah nyata yang mengisahkan konflik kebencian di antara dua agama mayoritas di Indonesia yang saling berseteru.

Didasari atas konflik kepentingan yang berusaha mengkambinghitamkan atas kebencian antarumat beragama. Namun pada akhirnya, budaya menyatukan kembali mereka dalam refleksi kemerdekaan Indonesia.

Selain nonton bareng, juga ada pembacaan puisi oleh perwakilan Gus Yuk Kabupaten Mojokerto 2022. Kemudian dilanjutkan dengan nyanyian seriosa oleh perwakilan Jemaat Gereja Katholik.

selian itu juga ada pertunjukan kebudayaan oleh perwakilan PERSADA dan Tarian Sufi. Semua larut dalam kebahagiaan pertunjukan yang mempresentasikan nilai-nilai yang diajarkan Gus Dur.

Acara diakhiri dengan pembacaan doa bersama oleh para tokoh agama antara lain Islam, Katholik, Khonghucu, dan Hindu.