Semburan di Kutisari Bercampur Air, Geolog ITS Perkirakan Kandungan Minyak Menipis
Tim Kementerian ESDM belum datang meski sudah diminta Pemkot Surabaya.

Reporter
Khoirotul LathifiyahSelasa, 1 Oktober 2019 - 22:53
Editor
Anang Zakaria
BLOK KUTI. Dua petugas Linmas berdiri di samping semburan minyak di halaman rumah warga Kutisari Indah III Surabaya, 24 September 2019. Pada masa lalu ada 34 sumur minyak sebelum ditutup dan dijadikan areal permukiman. Foto: Lathifiyah.
JATIMNET.COM, Surabaya – Ahli Geologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Amien Widodo mengatakan kandungan air dalam semburan minyak mengindikasikan kadar minyak dalam lapisan tanah mulai menipis.
Pernyataan itu disampaikan Amien mengomentari ihwal semburan minyak yang muncul di halaman rumah di Kutisari Indah III Surabaya bercampur air sejak 25 September 2019. "Kalau sudah mau habis (minyaknya) ya begitu muncul airnya," katanya pada Jatimnet.com, Selasa 1 Oktober 2019.
Menurut dia, air berada dalam lapisan terbawah setelah gas dan minyak. Karenanya, ketika semburan minyak sudah bercampur air patut diduga kandungan minyak terkuras hingga mencapai lapisan terbawah.
BACA JUGA: Semburan Lumpur Berbau Gas Kagetkan Warga Kutisari Utara
Meski kandungan minyak diperkirakan hampir habis, ia menyarankan agar lubang semburan ditutup. Jika tak kunjung berhenti, ia merekomendasikan pembuatan saluran agar air semburan dapat mengalir ke tempat pembuangan yang tepat.
“Tapi tetap harus diukur dulu kandungannya. Apakah baik untuk lingkungan atau tidak jika dibuang langsung," kata dia.
Semburan minyak di halaman rumah warga Kutisari muncul pada Senin, 23 September 2019. Mulanya, semburan berbentuk lumpur beraroma gas sebelum keluar kandungan minyak.

SEMBURAN MINYAK. Warga melongkok hasil semburan minyak di halaman rumah warga di Kutisari Surabaya, 1 Oktober 2019. Setelalah hampir sepekan, kini semburan mulai bercampur air. Foto: Lathifiyah.
BACA JUGA: Titik Semburan Minyak di Kutisari Bekas Lahan Sumur Lantung
Warga sekitar mengenal kawasan tempat semburan sebagai bekas ladang minyak blok Kuti. Setidaknya ada 34 sumur minyak yang dibuka pada masa penjajahan Belanda di kawasan itu sebelum ditutup dan dijadikan areal permukiman. Rata-rata sumur di sana berkedalaman 300 meter.
Pemerintah Kota Surabaya telah meminta tim Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral untuk melakukan penelitian kandungan minyak di kawasan itu. Meski demikian, belum ada utusan kementerian yang mendatangi lokasi.
“Kami meminta bantuan untuk mengidentifikasi sumber semburan dan bagaimana penyelesaiannya,” kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Surabaya Eko Agus.
BACA JUGA: Pemkot Tunggu Pemerintah Pusat Tangani Semburan Lumpur Minyak di Kutisari
Menurut dia, pemerintah kota juga kesulitan membuang lumpur bercampur minyak yang keluar dari semburan itu. Dinas, kata dia, pun tak berwenang mengolah maupun membuang hasil semburan minyak.
Pemerintah kota memang telah meminta bantuan ke Dinas ESDM Jawa Timur untuk membuang hasil semburan. “Tapi itu cuma dikasih satu kali angkutan gratis,” katanya.
Hasil semburan itu dibuang ke sumur milik satu perusahaan pengolahan minyak di Bojonegoro.