Satu Anak di Mojokerto Meninggal akibat DBD

Dini

Reporter

Dini

Jumat, 7 Januari 2022 - 13:00

Editor

Ishomuddin
satu-anak-di-mojokerto-meninggal-akibat-dbd

FOGGING. Petugas Puskesmas Jetis bersama pihak terkait melakukan fogging di Desa Perning, Kec. Jetis, Kab. Mojokerto, Jumat, 7 Januari 2022. Foto: Karina Norhadini

JATIMNET.COM, Mojokerto – Demam Berdarah Dengue (DBD) mulai merebak di kawasan utara Sungai Brantas, Desa Parengan, Kecamatan, Jetis, Kabupaten Mojokerto. Bahkan, seorang anak berusia enam tahun meninggal dunia pekan lalu.

Sedangkan, tujuh anak lainnya dari tiga Rukun Tetangga (RT) di dusun tersebut masih dalam perawatan medis di tempat bidan setempat maupun rumah sakit yang dirujuk.

''Sekarang sudah bisa dikatakan darurat karena di Desa Parengan ada satu anak meninggal, usianya enam tahun positif DB,'' kata Kepala Puskesmas Jetis Nurcahyati Akbar Kusuma Wardani, Jumat, 7 Januari 2022.

Korban inisial PTN, 6 tahun, diketahui meninggal pada Minggu, 2 Januari 2022. Mnurut Nurcahyati, dari hasil konfirmasi ke orang tuanya, korban yang berstatus siswa Taman Kanak-kanak ini meninggal dunia akibat lambatnya penanganan dari pihak keluarga.

BACA JUGA: Empat Hari, Kasus DBD di Madiun Tercatat Delapan Kasus

Disebutnya, saat kondisi demam anak menurun, orang tua menganggapnya sudah sembuh. Padahal, sebaliknya di situasi saat itu anak sedang memasuki masa kritis.

"Dipikir dingin, anaknya itu sudah sembuh. Padahal itu dimana dia kritisnya. Anyep, lalu apatis, tidak mau makan, tidak mau ngomong. Baru perutnya sakit itu langsung di bawa ke rumah sakit, tak lama meninggal. Tapi sempat di laboratorium. Trombositnya 40 ribu, padahal normalnya 150 ribu," ujarnya.

Munculnya kasus DBD di wilayah kerjanya membuat Nurcahyati langsung melakukan pengambilan sampel pada penderita yang memiliki ciri mengarah ke DB dan melakukan pengasapan (fogging) ke sejumlah desa yang warganya sudah dinyatakan positif DBD.

Sebagai tindak lanjut, puskesmas juga bakal mengumpulkan semua kepala desa di Kecamatan Jetis untuk dilakukan edukasi ke masyarakat. Hal itu sekaligus mencegah persebaran DBD dan mengantisipasi kejadian buruk.
 
BACA JUGA: Berantas Sarang Nyamuk, PMI Jember Lakukan Fogging

"Kita sosialisasi di Desa Perning dulu, setelah itu Parengan. Kita tegaskan kalau panas tiga hari wajib dilakukan uji laboratorium. Kalau mereka tidak punya BPJS, tidak apa-apa pakai KTP, kita yang datang ke desa," katanya.

Nur berharap masyarakat lebih hati-hati dengan tetap menerapkan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). "Kami juga berharap pada masyarakat dapat lebih responsif membawa anggota keluraganya yang sakit untuk menjalani pemeriksaan di faskes. Itu dibutuhkan mengurangi risiko paling buruk akibat DBD," ucapnya.

Terpisah, Ketua RW setempat, Salam Andrianto, 51 tahun, membenarkan jika anak-anak di tiga RT-nya banyak terkena DBD dan satu di antaranya meninggal dunia.

BACA JUGA: 166 Kasus DBD di Kabupaten Probolinggo Selama Tahun 2021, Satu Diantaranya Meninggal

Sedangkan, ada dua orang anak di RT 01, empat anak di RT 02, dan satu anak di RT 03 masih dilakukan perawatan medis.

"Total yang kena delapan anak sampai sekarang. Satunya yang masih TK itu. Tujuh lainnya ada yang dirawat di bidan sama rumah sakit," kata Salam.

Ia dan warga berharap dengan dilaksanakannya fogging bisa membasmi sarang nyamuk aedes aegypti di lingkungannya yang sedang mewabah.

"Ini lagi difogging semua, mudahan bisa mereda dan hilang DBD-nya," ucapnya.

Baca Juga