
Reporter
Ahmad SuudiKamis, 13 Desember 2018 - 04:20
Editor
David Priyasidharta
Sentra Kuliner Pasar Sritanjung Banyuwangi. Foto: Ahmad Suudi
JATIMNET.COM, Banyuwangi - Kopi berkualitas identik dengan harga tinggi dan dijual di kafe-kafe berkelas penunjang gaya hidup di kota-kota besar.
Tidak demikian di Banyuwangi. Ada salah satu kios Pasar Sritanjung menyediakan kopi asli berkualitas dengan harga hemat, tepatnya di sentra kuliner pasar selatan sebelah timur. Secangkir kopi yang diproduksi tester kopi internasional asal Banyuwangi, Setiawan Subekti (61), dihargai hanya Rp 5 sampai Rp 10 ribu.
Padahal di kedai kopi miliknya, Sanggar Genjah Arum, Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, seporsi makanan menu desa, kudapan, dan kopi berharga ratusan ribu rupiah.
BACA JUGA: Biar Makan Tambah Asyik Pasar Sritanjung Dipoles
Tapi Iwan, sapaan Setiawan Subekti, hanya mengelola kedai di pasar itu hingga akhir tahun 2018 saja, untuk membantu mempopulerkan pusat kuliner Pasar Sritanjung.
Masyarakat yang ingin menikmati Kopai Osing premium dengan harga kaki lima itu harus memanfaatkan waktu yang ada. Tidak hanya sebagai promotor pasar, Iwan turun gunung dalam rangka memperbaiki kualitas kopi warkop-warkop sentra kuliner tersebut.
Dia mengatakan sentra kuliner Pasar Sritanjung bisa menjadi Coffee Center bila penjual menyambut tamunya denga baik dan mendapatkan dukungan dari berbagai pihak.
"Saya ingin menyajikan (membuat brand red) bahwa di Banyuwangi walaupun (kelas) warung, kopinya berkualitas. Di Banyuwangi minum dimanapun, di warung sekalipun, kopinya enak," katanya, Rabu 12 Desember 2018. Semua pegiat kopi Bumi Blambangan akan dilibatkan dalam membangun pusat warkop sentra kuliner Pasar Sritanjung.

Para pemilik warkop juga diundang untuk mengikuti pelatihan sangrai kopi di Sanggar Genjah Arum milik Iwan yang biasa menjadi tempat penyambutan tamu-tamu kehormatan Pemkab Banyuwangi.
Dia mengatakan roasted been atau biji kopi yang telah disangrai berkualitas bagus, tetap harus ditangani dengan baik dan benar agar menjadi secangkir kopi berkualitas tinggi juga. Alat atau mesin yang digunakan, suhu air, hasil penggilingan, hingga keterampilan tangan barista turut mempengaruhi rasa kopi.
"Kalau hasil gilingan kopi kasar, lalu suhu air tidak terlalu panas, rasa kopi akan ringan," katanya lagi. Suhu air ideal yang dipakainya 90 derajat celsius, yakni saat air sudah tenang dari gelembung didihnya.
Iwan berpendapat dengan kualitas kopi yang bagus, warkop-warkop tetap akan ramai meski harga yang sebelumnya Rp 3 ribu dinaikkan menjadi Rp 5 ribu sampai Rp 10 ribu per cangkir.
Sentra kuliner Pasar Sritanjung terdiri dari 23 kios yang telah dirombak berdasarkan desain arsitek nasional Adi Purnomo. Sekat antar kios berupa tembok putih setinggi orang dewasa yang disambung kisi-kisi kayu yang telah divernis di atasnya.
BACA JUGA: Banyuwangi Kembangkan Destinasi Wisata Arsitektur
Di tengah masing-masing kios ada meja yang dikelilingi bangku untuk pembeli dan meja cor serta bak cuci piring yang menempel di tembok belakang. Pintu juga terbuat dari kayu berukir yang bisa dibuka dengan dilipat, sehingga saat kios tutup kayu berukir indah memenuhi muka kios.
Buraksa (55) salah satu penjual kopi di sentra kuliner Pasar Sritanjung mengatakan kios yang ditempatinya kini lebih bersih dan indah. Dia sendiri mengelola kios warkop itu meneruskan dari orang tua, dan baru seminggu ini menempati bangunan kios baru. "Kalau dulu jorok sekarang indah," katanya.
Dia membayar retribusi pasar sebesar Rp 2.500 per hari saat menempati bangunan lama, menjadi Rp 7.500 per hari saat bangunan telah baru. Dia merasakan ada peningkatan jumlah pembeli sejak menempati bangunan baru, kendati tak bisa memperkirakan di masa mendatang apa akan semakin ramai pembeli.
"Setelah bangunan baru, orang-orang kantor (Pemkab Banyuwangi) mulai datang, besok-besok tidak tahu. Kalau selama ini yang langganan di sini ya orang-orang pasar sini saja," kata pengelola warkop yang juga menjual kudapan kucur dan aneka gorengan itu.