Innofashion Show 4 Jadi Ajang Unjuk Diri Mahasiswa Pogram DFT UK Petra Pamerkan Rancangannya

Restu C Widari

Minggu, 26 Juni 2022 - 03:40

innofashion-show-4-jadi-ajang-unjuk-diri-mahasiswa-pogram-dft-uk-petra-pamerkan-rancangannya

Innofashion Show 4 tahun 2022 menjadi ajang unjuk diri para mahasiswa Program Desain Fashion dan Tekstil (DFT) UK Petra

JATIMNET.COM, Surabaya - Innofashion Show 4 tahun 2022 menjadi ajang unjuk diri para mahasiswa Program Desain Fashion dan Tekstil (DFT) UK Petra. Digelar secara hybrid selama dua hari, 24-25 Juni 2022, kegiatan tersebut bertempat di Gedung Q UK Petra, Surabaya.

Serangkaian acara disuguhkan dalam gelaran yang dikhususkan bagi penikmat fashion ini. Diantaranya, Workshop Fashion Art Journal bagi pelajar dan mahasiswa, Fashion Exhibiton yang menghadirkan karya-karya terbaik mahasiswa DFT UK Petra, serta Sashion Final Project Fashion Show.

Dalam Final Project Fashion Show bertajuk "Sashion" ini menampilkan 15 koleksi busana para mahasiswa aktif DFT UK Petra dan karya tugas akhir (TA) dari seri mata kuliah Leadership Enhancement Program (LEAP) Community Engagement dan Research Innovation.

“Sashion sendiri merupakan bagian dari kegiatan bertajuk Innofashion Show 4 yang menjadi apresiasi pencapaian akademisi dari mahasiswa program DFT UK Petra. Karya yang ditampilkan merupakan karya ekspresi fashion yang sesuai dengan jati diri mereka," kata Ketua Program DFT UK Petra Rika Febriani, Sabtu 25 Juni 2022.

Kendati demikian, para mahasiswa ini juga diajari membuat karya yang problem oriented berdasarkan riset. Seperti pada setiap koleksi busana hasil TA yang ditampilkan dalam Sashion 2022 bertema “Metamorfosis” ini merupakan hasil riset mendalam selama satu tahun pelaksanaan LEAP.

"LEAP ini merupakan penerapan Merdeka Belajar-Kampus Merdeka dari Kemendikbud yang ada di UK Petra," ia menuturkan.

Pada hasil karya milik Prajna Paramita, misalnya. Mahasiswi angkatan 2018 ini menampilkan koleksi busana yang berbahan Sarung Samarinda. Prajna yang mengambil LEAP Community Engagement (LEAP CE) dan memberi nama karyanya “Sesarung” ini dibimbing langsung oleh salah satu desainer kenamaan asal Surabaya, Embran Nawawi.

“Saya melihat bahwa penggunaan Sarung Samarinda khususnya pada produk fashion masih jarang. Kebanyakan hanya untuk acara pemerintahan atau bersifat formal saja,” kata Prajna.

Selain hanya sebatas pakaian nasional seperti pada pakaian pejabat dan seragam sekolah, Sarung Samarinda juga digunakan menjadi dekorasi jalanan atau fasilitas umum di Samarinda.

Bahkan, menurut gadis kelahiran Surabaya ini, keberadaan Sarung Samarinda lebih sering digunakan sebagai buah tangan atau dipakai sebagai alat beribadah kaum muslim. Masyarakat sendiri belum terbiasa tampil menggunakan batik atau olahan Sarung Samarinda untuk fashion sehari-hari.

"Sulit sekali menemukan produk olahan Sarung Samarinda yang kekinian untuk saat ini. Padahal Sarung Samarinda memiliki potensi produk yang bagus dan menarik jika dapat diolah dengan baik. Tapi sayangnya masih banyak yang belum dapat melihat potensi ini," ia mengungkapkan.

Berdasar itulah, akhirnya Prajna pun membuat lima look busana ready to wear berbahan Sarung Samarinda. Intepretasi keseluruhan desain Prajna diambil dari sosok Putri Aji Bedarah Putih pada legenda Danau Lipan asal Kalimantan Timur, dengan parasnya yang cantik serta memiliki karakter yang kuat, tegas dan berani.

"Sosok perempuan ini lekat sekali dengan sosok perempuan yang digambarkan pada saat ini. Koleksi saya menghadirkan perempuan yang bold namun tetap feminim dengan balutan kain Sarung Samarinda yang modern," ia menjelaskan.

Untuk ide desain, Prajna mengambil perpaduan antara motif kotak-kotak dari Sarung Samarinda dengan motif Dayak, yang pada pemberdayaan ini menggunakan teknik batik.

"Sementara untuk motif sarung dibuat hanya pada setengah bagian kain dan sisanya diisi dengan motif Dayak dengan bentuk bitmap," ia menuturkan.

Keunggulan dalam karya Prajna ini melibatkan langsung UMKM Tenun yang ada di Samarinda serta bersama-sama menghasilkan produk unggul dari Samarinda, sehingga harapannya akan dikenal oleh masyarakat luas.

"Tujuannya untuk menghasilkan rancangan baru melalui pemberdayaan UMKM pengrajin lokal Samarinda yang kekinian dan disukai masyarakat. Selain itu juga untuk menambah daya tarik Sarung Samarinda melalui pengembangan produk fashion," ia menerangkan.

Berbeda dengan Prajna Paramita, hasil karya milik Tiffany Oeman lebih mengacu kepada bentuk keprihatinannya terhadap permasalahan limbah fashion yang sudah lama menjadi masalah limbah dengan angka tertinggi di dunia.

“Saya sangat prihatin akan banyaknya limbah fashion yang sangat banyak. Hal ini terjadi dikarenakan perubahan tren yang berganti dengan cepat. Maka dari itu sebagai bentuk tanggung jawab terhadap lingkungan, untuk TA saya membuat desain yang konsepnya zero waste pattern,” kata Tiffany.

Tiffany yang sejak tahun 2021 lalu telah memiliki brand “Tiffany The Label” ini mengambil LEAP Research Innovation (LEAP RI), yang meliputi riset inovasi dan kewirausahaan. Ia melakukan observasi dan penelitian terlebih dahulu sebelum menghasilkan rancangan yang apik dan menarik.

Sampai pada akhirnya ia menghasilkan produk lima look ready to wear yang unik tampilannya serta sustainable. Dalam prosesnya, mahasiswi angkatan 2018 ini dibimbing langsung oleh Dibya Hodi, Desainer Indonesia Fashion Chamber. "Rancangan berjudul "Cozy and Positive Collection" milik saya dalam proses produksinya tidak memiliki sisa kain," ia menuturkan.

Konsep busana yang ramah lingkungan tampak dalam setiap rancangan milik Tiffany. Mulai dari sisa potongan yang dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh mahasiswi asal Surabaya ini, hingga menggunakan perhitungan untuk sisa limbahnya.

"Yang saya lakukan adalah menggunakan sisa hasil potongan kain bagian leher digunakan untuk ornamen dalam busana saya. Sehingga yang tersisa hanya serpihan kain yang sangat sedikit," ia menerangkan.

Desain pun dibuat untuk wanita muda dan dapat dikenakan untuk bersantai ataupun bekerja dari rumah. Bahkan, model busananya juga dibuat dalam rangka merespon kebutuhan masyarakat di era new normal pasca Covid-19. "Hasil perancangan dengan pola zero waste milik saya ini menghasilkan busana yang nyaman dikenakan dalam aktivitas sehari-hari," ia menandaskan.

Tak ketinggalan, terdapat batik sebagai pemanis busana yang ditempatkan semenarik mungkin oleh Tiffany agar memberikan kesan busana yang tetap modern. Motif dari batik tersebut adalah batik pulauan yang memiliki ornamen bersusun. "Batik pulauan adalah jenis batik kontemporer sebagai pengembangan dari motif-motif yang telah ada," ia memungkasi.

Baca Juga