Balitbang Kemenhub Gandeng ITS Bikin Deteksi Angin dan Hujan

Reporter
Khoirotul LathifiyahKamis, 6 Desember 2018 - 00:10
Editor
David Priyasidharta
Kepala Badan Litbang Perhubungan, Sugiharjo dan Ketua Tim Peneliti ITS Melania Suweni Muntini. Foto: Khoirotul Lathifiyah
JATIMNET.COM, Surabaya - Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan Kementerian Perhubungan, Sugihardjo mengatakan tengah mengupayakan peningkatan keselamatan penerbangan. Salah satunya dengan menciptakan alat deteksi untuk mengembangkan prototipe wind shear detector dan standing water detector.
Menurut Sugihardjo, pihaknya bekerjasama dengan Institut Teknologi 10 November Surabaya sebagai peneliti alat deteksi wind shear dan standing water. Berdasarkan data Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), salah satu penyebab utama terjadinya kecelakaan diantaranya karena faktor angin dan hujan.
“Dalam penerbangan yang paling berbahaya itu ketika landing maupun take off yang juga dipengaruhi tiga faktor yakni manusia, operasional dan cuaca," kata Sughardjo diwawancarai usai kegiatan Forum Group Discussion Workshop di Ruang Sidang Utama Gedung Rektorat ITS Lt. 1, Rabu, 5 Desember 2018.
Untuk mencegah terjadinya kecelakaan yang dipengaruhi faktor cuaca, kata Sugihardjo, diperlukan alat untuk mendeteksi angin samping atau (wind shear) maupun genangan air (standing water).
Dua prototipe ini dirancang sebagai pendeteksi dan pembaca kondisi cuaca yang terjadi di wilayah bandar udara. Selanjutnya, hasil deteksi akan digunakan oleh petugas untuk memberi peringatan kepada pilot, khususnya saat, sebelum dan setelah proses tinggal landas maupun pendaratan.
Dengan kata lain, alat ini berfungsi untuk memberikan peringatan sejak dini. “Pengembangan alat deteksi ini harus segera digunakan di seluruh bandara di Indonesia untuk mengurangi resiko kecelakaan," katanya. Apalagi selama ini di Indonesia belum ada yang menggunakan alat deteksi adanya wind shear maupun standing water.
"Nah, di luar negeri terdapat alat deteksi yakni tower otomatic detector for foreign object debris (FOD) dan itu mahal sekali. Sehingga, jika alat deteksi dikembangkan akan mampu menghemat devisa, dan menjadi produksi anak negeri yang sangat bernilai,” tambahnya.
Data Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menyebutkan terdapat 212 peristiwa kecelakaaan pesawat dalam rentang tahun 2010-2016. Dan peristiwa terbanyak terjadi tahun 2016 yaitu sebanyak 41 peristiwa. Dari sejumlah kecelakaan pesawat yang telah di investigasi oleh KNKT, sebanyak 17,92 persen kejadian terjadi akibat wind shear.
Ketua Peneliti Prototipe Wind Shear Detector dan Standing Water Detector dari ITS 10 November Surabaya, Melania Suweni Muntini mengatakan proses pengembangan alat deteksi sudah lolos uji laboratorium dan tahap uji fungsional alat di lapangan.
“Jadi di dalam tahap uji fungsional yang dilakukan di Madura, alat deteksi ini sudah berjalan sesuai mestinya," katanya. Namun, pihaknya harus melakukan uji lapangan kurang lebih 20 kali lagi untuk memperoleh hasil yang maksimal. "Misalnya kami harus uji coba alat dengan berbagai cuaca seperti hujan, angin, siang, malam, panas dan lainnya,” tambahnya.