
Reporter
A. BaehaqiJumat, 2 Agustus 2019 - 03:12
Editor
Hari Santoso
DIHITUNG ULANG: Ketua PPSDS Jawa Timur Mutowif (dua dari kiri) saat diskusi, Kamis 1 Agustus 2019, menilai data Disnak Jatim tidak sesuai realitas di lapangan.
JATIMNET.COM, Surabaya - Angka populasi sapi potong belum juga tuntas. Paguyuban Pedagang Sapi dan Daging Segar (PPSDS) Jatim menilai data yang dimiliki Dinas Perternakan (Disnak) Jatim tidak sama dengan yang ada di lapangan.
Ketua PPSDS Jawa Timur, Mutowif mengatakan, ada selisih antara data milik disnak dengan pelaku usaha sapi. Asumsi jumlah daging sapi yang tersedia di Jatim dianggap tidak sama dengan kenyataan di lapangan.
Menurutnya, angka di Disnak Jawa Timur yang berasumsi per ekor sapi menghasilkan 200 kg daging kurang tepat. Padahal para pedagang hanya mendapati seekor sapi menghasilkan daging 175 kg untuk sapi Jawa, sapi Madura rata-rata 90 kg.
BACA JUGA: Stok Daging Sapi di Jatim Aman dan Harga Stabil
Belum lagi sapi betina dan anakan yang sebetulnya tidak boleh dipotong juga masuk bagian data jumlah populasi sapi keseluruhan. "Ini yang menjadi permasalahan mendasar," ujar Mutowif, Kamis 1 Agustus 2019.
Dari angka itu, dia meyakini, klaim Disnak Jawa Timur yang menyebut jumlah sapi surplus kurang tepat. Bahkan, menurut Mutowif, sapi di Jatim defisit. Karena sedikitnya jumlah sapi potong yang dipotong di beberapa jagal, serta di pasar sapi jumlahnya juga semakin lama semakin menurun.
"Harus direvisi asumsi dasarnya. Jika tidak revisi, maka permasalahan daging tidak akan ada jalan keluarnya," ungkapnya.
Data Disnak Jawa Timur, populasi sapi potong mencapai 4,6 juta ekor atau menyumbang 27 persen dari populasi nasional. Sedangkan produksi daging sapi Jatim menyumbang 20 persen atau sekitar 575.557 ton, dengan tingkat konsumsi Jatim hanya 447.460 ton. Sehingga mengalami surplus 128.117 ton.
BACA JUGA: Begini Kiat Mengecek Kesehatan Daging di Pasar Jelang Lebaran
"Pertumbuhan penduduk dengan populasi (sapi) itu kan sebenarnya tidak berimbang. Ketika pertumbuhan penduduk tidak diikuti populasi sapi tentu tidak berimbang," kata Humas Paguyuban Pedagang Daging (PPD) Jatim, Dondik ditemui terpisah.
Kepala Bidang Pemasaran Disnak Jatim, Kusdiryanto mengaku data sapi di Jatim memang mengacu pada Badan Pusat Statistik (BPS). Dinas tidak memiliki hitungan sendiri, karena memang sesuai undang-undang harus mengacu data BPS.
Kendati demikian, pihaknya siap untuk berdiskusi dan tukar pikiran membahas tata niaga daging. Sehingga tahu secara rinci berapa kebutuhan daging sebenarnya di Jawa Timur.