
Reporter
ZulafifSenin, 26 Oktober 2020 - 12:00
Editor
Ishomuddin
TATAP MUKA. Salah satu SD di Kabupaten Probolinggo melakukan uji coba sekolah tatap muka yang dilakukan di teras kelas, Senin, 26 Oktober 2020. Foto: Dinas Pendidikan Kab. Probolinggo
JATIMNET.COM, Probolinggo – Uji coba sekolah atau pembelajaran tatap muka bagi siswa SD dan SMP di Kabupaten Probolinggo dimulai Senin, 26 Oktober 2020.
Hanya saja, dari total 24 kecamatan yang ada di Kabupaten Probolinggo, baru enam kecamatan yang dipercaya memulainya.
Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Kabupaten Probolinggo Fathur Rozi mengatakan ada 12 sekolah yang telah memulai uji coba pembelajaran tatap muka. Dalam satu kecamatan masing-masing dipilih satu SD dan satu SMP.
BACA JUGA: Pemkab Probolinggo Siapkan Sekolah Tatap Muka SD dan SMP
"Alhamdulillah berjalan baik dan lancar, pembelajaran yang dilakukan berjalan lancar dan sesuai harapan. Baik guru dan siswanya telah mematuhi protokol kesehatan," katanya.
Sebanyak 12 SD dan SMP di enam kecamatan yang mulai uji coba pembelajaran tatap muka antara lain SDN Lumbang 2 dan SMPN 1 Lumbang, SDN Sumber Kedawung 1 dan SMPN 1 Kuripan, SDN 1 dan SMPN 1 Sumber, SDN Sepuh Gembol 1 dan SMPN 1 Wonomerto, SDN Bremi 1 dan SMPN 1 Krucil, dan SDN Segaran 1 dan SMPN 1 Tiris.
Fathur menjelaskan jumlah siswa dalam satu kelas juga dibatasi maksimal 50 persen dari total siswa.
"Jadi ketika ada sekolah dalam satu kelasnya berisi 28 siswa, maka yang di perbolehkan masuk hanya 14 siswa. Sedangkan 14 siswa lainnya masih belajar di rumah dan akan masuk pada keesokan harinya, begitu seterusnya secara bergantian," katanya.
Tak hanya siswa, guru yang mengajar juga harus guru yang bertempat tinggal di zona hijau atau kuning Covid-19.
BACA JUGA: Gubernur Khofifah: Uji Coba Pembelajaran Tatap Muka Tetap Wajib Terapkan Protokol Kesehatan
Selain itu, waktu jam belajar juga dibatasi, yakni hanya empat jam, mulai pukul 07.00 WIB hingga pukul 10.00 WIB tanpa waktu istirahat.
"Kalau tidak dibuat shift begitu, pasti bakal ketemu nantinya. Dan malah memicu terjadinya kerumunan, itu yang kami hindari," katanya.
Fathur menambahkan untuk model pembelajaran tidak hanya monoton di dalam ruangan,melainkan juga diperbolehkan belajar di halaman sekolah asal tempatnya aman dan nyaman bagi siswa.
"Inisiatif ini dilakukan agar siswa tidak merasa jenuh, siswa juga diwajibkan membawa bekal sendiri. Kami akan evaluasi terus, baik protokol kesehatan, pembelajaran hingga evaluasi zona di setiap kecamatan. Nanti kalau konsisten kami lakukan perluasan," ujarnya.