
Reporter
SatriaKamis, 29 April 2021 - 06:00
Editor
Bruriy Susanto
BPBD: Petugas BPBD saat menggali dan akan memakamkan jenazah Covid-19. Foto: BPBD Ponorogo
JATIMNET.COM, Ponorogo – Angka kematian pasien terkonfirmasi Covid-19 di Ponorogo mencapai rekornya setelah petugas pemakaman BPBD Ponorogo memakamkan 10 jenazah Covid-19 dalam satu hari.
Kabid Kedaruratan Bencana dan Logistik BPBD Ponorogo, Setyo Budiono mengatakan jika sebelumnya BPBD Ponorogo juga pernah memakamkan sebanyak delapan dan sembilan orang dalam satu hari.
Namun kemarin pada Rabu 29 April petugas pemakaman dari BPBD benar-benar kewalahan untuk memakamkan jenazah Covid-19. “Tim pemakanan dari BPBD Ponorogo ada tiga tim, satu tim hanya terdiri enam atau tujuh orang,” kata Budi, Kamis 29 April 2021.
Baca Juga: Cegah Sebaran Covid-19 Pekerja Migran, Dinkes Probolinggo Siapkan Rumah Singgah
Budi menerangkan petugas pemakaman dari BPBD tidak hanya memakamkan jenazah saja, melainkan harus menggali kubur dan menutup kembali liang lahat. Sehingga pihaknya sangat kewalahan, terlebih tugas BPBD tidak hanya memakamkan.
Meski begitu, tetap harus berjaga di shelter, posko dan kegiatan BPBD lainnya. "Bulan ini saja sudah ada 120 jenazah yang dimakamkan petugas pemakaman BPBD Ponorogo,” terang Budi.
Selain terkendala dengan terbatasnya personil, jarak antar pemakaman jenazah satu dengan lainnya terkadang juga sangat jauh. Terlebih jika jenazah berasal dari lokasi dataran tinggi seperti Sawoo dan Ngrayun yang mana selain medan yang sulit kondisi tanah juga keras. “Sehingga tidak jarang prosesi pemakaman satu jenazah bisa sampai tiga jam,” ujar Budi.
Baca Juga: Satgas Covid-19 Ingatkan Potensi Kenaikan Kasus akibat Libur Lebaran
Sementara Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Ponorogo, Rahayu Kusdarini menjelaskan ada banyak faktor yang mempengaruhi tingginya angka kematian akibat Covid-19 di Ponorogo. Salah satunya adalah ganasnya virus itu sendiri dan masayarakat mendadatangi fasilitas kesehatan sudah dalam keadaan kritis.
"Ada juga anggapan masyarakat yang enggan datang ke faskes karena takut 'dicovidkan'. Dan beberapa tidak mau diisolasi, sehingga membuat resiko kematiannya tinggi," jelas Irin sapaannya.
Ia menambahkan, jika peta epidomologi Covid-19 di Ponorogo saat ini skornya berada di 1,99, jika angka ini terus terjun dia angka 1,8 maka zona resiko penularan Covid-19 di Ponorogo bisa saja berubah menjadi merah dari saat ini Ponorogo yang masih berada di zona oranye. "Skor tersebut menjadikan Ponorogo tertinggi sajatim untuk penyebaran Covid-19," pungkas Irin.