Penelitian Terbaru Sebut Vaksin MMR Tak Sebabkan Autisme

Nani Mashita

Reporter

Nani Mashita

Selasa, 5 Maret 2019 - 12:20

penelitian-terbaru-sebut-vaksin-mmr-tak-sebabkan-autisme

Ilustrasi vaksin. Foto: Pixabay

JATIMNET.COM, Surabaya – Sebuah studi terbaru menyebutkan vaksin campak, gondong dan rubela (MMR) tidak memicu serta tidak meningkatkan autisme pada anak-anak yang berisiko. Studi ini melibatkan lebih dari 650.000 anak.

Dilansir dari www.cnn.com, Selasa 5 Maret 2019, tim peneliti Statens Serum Institut di Denmark melibatkan 657.461 anak yang lahir antara 1999 hingga 2010. Penelitian dilanjutkan dengan anak-anak berusia 1 tahun hingga studi selesai pada Agustus 2013.

Penelitian mendokumentasikan diagnosis gangguan spektrum autisme serta faktor risiko yang diketahui termasuk usia orang tua, serta diagnosis autisme pada saudara kandung, kelahiran prematur dan berat badan rendah saat lahir.

BACA JUGA: UNICEF Desak Vaksinasi untuk Selamatkan Anak dari Campak

Hasilnya,vaksinasi MMR tidak meningkatkan resiko autisme, tidak memicu autisme pada anak-anak yang rentan, dan tidak terkait dengan pengelompokan kasus autisme setelah vaksinasi. 

Hasil penelitian ini lalu diterbitkan di jurnal Annals of Internal Medicine.

"Gagasan bahwa vaksin menyebabkan autisme masih ada dan masih mendapatkan banyak paparan di media sosial," kata Anders Hviid, penulis utama studi dan peneliti senior di Statens Serum Institut di Denmark.

Penelitian ini dilakukan agar Hviid dan tim nya mampu memberikan jawaban yang ilmiah dan kuat. Sebab kelompok anti-vaksin menjadi lebih vokal dan bahkan selebritas dan politisi menyebarkan ketakutan akan vaksin.

BACA JUGA: Facebook dan Google Disebut Sebarkan Konten Anti Vaksin Campak

Direktur Pusat Pendidikan Vaksin di Rumah Sakit Anak Philadelphia, Dr. Paul Offit, mengatakan kontribusi terbesar dari penelitian ini adalah adanya anak-anak inklusi yang berisiko autis.

Offit, yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut, berharap bukti terbaru akan meyakinkan keluarga dengan anak kecil yang berisiko mengembangkan gangguan spektrum autisme bahwa vaksin tidak akan meningkatkan risiko itu.

“Sudah ada 17 studi sebelumnya di tujuh negara, tiga benua berbeda, yang melibatkan ratusan ribu anak. Saya pikir adil mengatakan kebenaran telah muncul," katanya.

Mitos yang menghubungkan vaksin dan autisme muncul dari penelitian tahun 1998 oleh Andrew Wakefield, yang diterbitkan dalam jurnal medis The Lancet.

BACA JUGA: WHO: Gerakan Anti Vaksin Ancaman Kesehatan Dunia 

Pada 2011, tulisan itu sudah ditarik oleh The Lancet setelah penyelidikan menemukan bahwa Wakefield mengubah atau salah mengartikan informasi tentang 12 anak yang menjadi dasar kesimpulan penelitiannya.

Wakefield kehilangan lisensi medisnya di tahun 2020.  

Setidaknya 206 kasus campak AS telah dicatat pada tahun 2019, setelah 372 kasus pada tahun 2018, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS.

Kasus campak meningkat 48,4% antara 2017 dan 2018 di dunia, menurut perhitungan UNICEF dari data Organisasi Kesehatan Dunia. Sepuluh negara, termasuk Brasil, Filipina dan Prancis, menyumbang hampir tiga perempat dari total peningkatan kasus campak pada tahun 2018.

Baca Juga