JATIMNET.COM, Surabaya- Buku berjudul “Pasak Sejarah Indonesia Kekinian” Surabaya 10 November 1945 yang disusun tim ahli cagar budaya Kota Surabaya dibedah di V-Junction Lantai 3, Ciputra World Surabaya, Rabu 21 November 2018.

Johan Silas, salah satu tim penyusunnya menyebut, buku yang ditulisnya memiliki makna yang mendasar untuk sejarah Kota Surabaya yang terjadi pada 10 November 1945 silam. Menurutnya, dalam sejarah tidak pernah ada penetapan Kota Surabaya sebagai kota pahlawan, melainkan Hari Pahlawan.

Ia menyebut, kata “Pasak” yang dimaksud mempunyai makna bahwa, tanpa ada peristiwa pada 10 november 1945 di Surabaya, tidak akan ada sejarah Hari Pahlawan di Kota Surabaya. Jadi pasak merupakan salah satu kekuatan dari sejarah yang tertulis dalam sejarah.

Penulisan sejarah yang dilengkapi dengan foto-foto dokumen lama bangunan cagar budaya di Surabaya ini bertujuan agar pembaca mengetahui dengan benar dan jelas bagaimana sejarah Surabaya waktu itu.

BACA JUGA: Napak Tilas Pertempuran Surabaya

Apalagi sering ditemui permasalahan tentang perdebatan bagaimana kebenaran sejarah kota Surabaya. Dengan latar belakang tersebut, warga surabaya maupun pemerintah surabaya mampu menyelaraskan apa dan bagaimana sejarah Surabaya yang komprehensif.

Ada 16 Tapak atau bab yang merangkup peristiwa sejarah Hari Pahlawan mulai peristiwa 12 Agustus 1945 hingga 1 Desember 1945 yang ditulis dalam buku ini. Sehingga, tidak hanya peristiwa 10 November saja yang terekam, namun keseluruhan bagaimana rekonstruksi peristiwa Hari Pahlawan.

Buku Pasak Sejarah Indonesia Kekinian ini akan disebar ke perpustakaan di Surabaya agar pelajar dapat dengan mudah membacanya.

Selain itu, Pemkot Surabaya menyediakan library digital sehingga masyarakat umum dapat mengunduh melalui website pemerintah kota Surabaya.

BACA JUGA: Napak Tilas Pertempuran Surabaya (1)

BACA JUGA: Napak Tilas Pertempuran Surabaya (2)

BACA JUGA: Napak Tilas Pertempuran Surabaya (3)

“Dahulu pasti ada kesulitan, membaca dari buku A, nanti yang lain marah, nanti menggunakan buku B, nanti yang lain marah. Buku ini mencoba melihat peristiwa secara menyeluruh dan detail yang disertai dengan potret peristiwa,” kata Johan Silas usai acara bedah buku Pasak Sejarah Indonesia Kekinian pada 21 November 2018 di V-Junction Lantai 3, Ciputra World Surabaya.

Dalam menyusun buku ini, Johan Silas menggunakan 40 referensi tulisan sejarah, antara lain disertasi Bel Verdrijk yang membahas sejarah Indonesia, naskah dari Inggris yang sekarang sudah bisa diakses meskipun tidak menyinggung Belanda, dan masih banyak lagi.

“Tahun mendatang saya akan menulis buku sejarah lagi, dan saya berharap dari buku sejarah yang pertama saya tulis ini mendapat masukan maupun kritikan agar buku menjadi sempurna. Karena seperti yang saya sampaikan, bahwa buku ini masih 80 persen kebenarannya,” kata Johan.

Selain menulis buku sejarah Kota Surabaya, Johan Silas juga ikut serta rencana pemkot Surabaya dalam menjadikan Kota Lama Surabaya sebagai objek pariwisata. Upaya yang akan dilakukan adalah memetakan daerah kota lama Surabaya yang sesuai untuk dijadikan sebagai destinasi wisata, mulai dari pedestrian, taman, dan tempat kumpul anak-anak muda.

Menapaki Kembali Peristiwa 10 November Lewat Buku

Berita Populer

Baca Juga