
Reporter
Ahmad SuudiKamis, 17 Oktober 2019 - 03:30
Editor
Dyah Ayu Pitaloka
Ilustrasi kebakaran lereng Gunung Semeru. Foto: Ist
JATIMNET.COM, Banyuwangi – Sedikitnya 10 laporan kebakaran hutan dan lahan diterima Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) Penanggulangan Bencana, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banyuwangi, sejak September 2019 hingga saat ini.
Sejumlah titik panas yang ditangkap satelit belum terkonfirmasi kebenarannya. Sebagian kebakaran bermula dari ulah manusia.
Kepala Bidang Kedaruratan BPBD Banyuwangi Eka Muharram Suryadi mengatakan penyebab kebakaran lahan di Banyuwangi ada yang karena disengaja dan tidak. Misalnya kebakaran yang terjadi di area perkebunan tebu pascapanen, menurutnya termasuk kebakaran yang disengaja.
BACA JUGA: Kebakaran Menghanguskan Rp 12 Miliar di Surabaya
"Memang ada kesengajaan, misalnya kebakaran lahan tebu. Memang pascapanen, biasanya tebu itu kan dibakar, sehingga terjadi kebakaran yang disengaja," kata Eka, Rabu 16 Oktober 2019.
Dia mengatakan telah memberikan peringatan kepada perusahaan perkebunan agar mengawasi proses pembakaran lahan yang disengaja tersebut. Data Dinas Pertanian Banyuwangi menyebutkan kabupaten di ujung timur Jawa itu, per tahun 2014 menghasilkan panen tebu dari kebun seluas 5.538 hektare.
Sedangkan, kebakaran yang terjadi di Hutan Curahjati, Banyuwangi selatan bermula dari puntung rokok yang dibuang sembarangan dan menyebabkan munculnya api.
BACA JUGA: Sejak Juni, Lebih dari 20 Hektare Hutan di Magetan Terbakar
"Itu kan dilewati banyak orang, biasanya puntung rokok yang dibuang di daun-daun kering yang ada di sekitar lahan hutan. Itu kan kalau tertiup angin bisa menjadi bara api yang bisa menimbulkan kebakaran," kata Eka lagi.
Temuan tersebut banyak dilaporkan terjadi di kawasan Perhutani KPH Banyuwangi Selatan.
Sedangkan penyebab kebakaran di KPH Banyuwangi Utara dan Barat umumnya berasal dari pemburu burung atau pencari madu.
BACA JUGA: Petunjuk Praktis Basarnas Menghadapi Kebakaran Saat Mendaki Gunung
Sementara di lereng gunung, kebakaran biasa disebabkan pendaki yang membuat api saat beristirahat, namun api menjalar tidak terkendali.
Kebakaran yang terjadi di Banyuwangi, kata Eka, diperkirakan membakar kurang dari lima hektare lahan dan tidak berdampak langsung pada warga. Penanganan pemadaman dilakukan masyarakat dan tim pemadam dari perhutani, bila kebakaran terjadi di wilayah perhutani.
"Biasanya kalau di hutan bagian selatan, dilakukan secara maksimal dengan menggunakan alat penggepyok (pemukul), dengan ranting, sapu dan alat tradisional lainnya. Itu dilakukan oleh otoritas wilayah yang terjadi kebakaran," pungkas Eka.