
Reporter
SatriaKamis, 21 November 2019 - 06:15
Editor
Anang Zakaria
Ilustrasi. FOTO: Bruno Martins/Unsplash
JATIMNET.COM, Ponorogo – Sebuah foto bergambar Manula di atas cor semen beredar di media sosial. Akun Instagram @infoponorogo memposting ulang dari @makassar_iinfo dan menjadi viral di kalangan warganet.
Pendiri dan Pengelola Panti Dhuafa Ponorogo, Rama “Philip” (38) mengatakan para Manula dan tempat dalam foto yang beredar itu adalah penghuni panti yang ia kelola. Namun, foto itu tak memberi informasi yang utuh tentang kondisi panti. Salah satunya, foto Manula yang duduk di atas cor semen tanpa alas. Saat akan tidur, cor semen yang berfungsi sebagai dipan itu dilapisi kasur.
“Yang tampak di foto itu mbah-nya hanya duduk saja, namun untuk tidur selalu kami sediakan matras di atasnya,” kata dia, Kamis 21 November 2019.
BACA JUGA: Pemkab Ponorogo Siapkan Rp 2,5 Miliar untuk Pemekaran Wilayah
Panti jompo itu terletak di Dusun Manding Desa Turi RT 02 RW 01, Jetis, Ponorogo. Berdiri pada 2016, kini ada 90 orang penghuni. 10 orang di antaranya relawan. Sisanya, 65 orang Manula masih bisa melakukan pekerjaan ringan sehari-hari, serta 15 Manula yang tak lagi mampu beraktivitas.
“15 orang ini adalah Lansia yang tidur di cor semen. Karena sudah kesulitan untuk beraktivitas bahkan berjalan, istilahnya ngebrok,” ujar dia. Adapun, “65 Lansia lain yang masih bisa beraktivitas, tidur menggunakan dipan kayu dan beralaskan matras kasur.”
Rama mengatakan penghuni panti merupakan Manula terlantar dari Ponorogo dan sekitarnya; Madiun, Magetan, Caruban, Ngawi, Blitar, dan Malang. “Dulu awalnya kami hanya komunitas untuk sekedar memberikan bantuan. Namun setelah kami pikir bantuan saja tidak cukup untuk mereka,” kata dia.
BACA JUGA: 65 Santriwati di Ponpes Ponorogo Keracunan Ikan Tongkol
Dari situ, ia melanjutkan, tergerak mendirikan panti untuk menampung Manula. Terlebih, latar belakang Rama yang pernah hidup di jalanan, membuat ia bersimpati pada keidupan mereka.
“Saya dulu anak jalanan dari tahun 1996 sampai 2009. Untuk menyambung hidup saya pernah jadi pemulung, tukang becak, sampai berjualan minuman kemasan,” kata dia.
Kehidupan Rama berubah ketika ia menekuni jual-beli batu akik yang sempat populer beberapa tahun lalu. Bisnisnya lancar, kondisi ekonominya membaik, dan ia pun bercita-cita menyejahterahkan orang yang kelaparan dan terlantar. Meski dengan kondisi serba terbatas, ia tulus menampung dan merawat puluhan Manula yang terlantar.