
Reporter
DiniSenin, 21 September 2020 - 06:20
Editor
Bruriy Susanto
TOMAT. Harga komoditi bumbu dapur di Pasar Baru, Kota Probolinggo, Selasa, 7 Januari 2020. Foto: Zulkiflie/ Dokumen
JATIMNET.COM, Mojokerto - Harga komoditas tanaman kebun tomat di kalangan petani Pacet, Kabupaten Mojokerto mengalami terjun bebas, menyentuh harga Rp 700 per kilogram.
Menurunnya harga jual tomat di kalangan petani lokal tersebut dipicu adanya pasokan melimpah dari berbagai daerah di Jawa Timur. Ditambah masa panen yang hampir bersamaan di kawasan Pacet Mojokerto.
Dampaknya sangat dirasakan di petani yang menanggung kerugian mencapai puluhan juta akibat harga tomat di pasaran semakin menurun signifikan. Bahkan, kebanyakan petani enggan memanen hasil tanaman tomat, justru membiarkannya begitu saja di lahan.
"Harga tomat sangat-sangat murah, bahkan dibilang hancur harganya kemarin sempat menyentuh harga 700 rupiah per kilogram," aku Suryanto, petani tomat di Desa Pacet, Kabupaten Mojokerto, Senin, 21 September 2020.
BACA JUGA: Harga Anjlok, Petani Bagikan Tomat Gratis
Pria berusia 53 ini mengatakan, harga normal tomat dari petani di sini minimal Rp 4.500 sampai Rp 5.000 per kilogram, jika tanaman bagus, petani bisa balik modal tanam.
Sebab, apabila kondisi tanaman bagus jika dikalkulasi satu pohon minimal dapat menghasilkan satu kilogram sampai 1,5 kilogram tomat. Sedangkan, Break Even Point (BEP) dalam biaya tanam untuk satu pohon itu membutuhkan modal sekitar Rp 4000 hingga Rp 4300.
"Untuk satu pohon minimal mendapat satu kilogram tomat kita kan sudah rugi apalagi harga tomat dipasaran segitu sangat jauh dibawah harga biaya tanam. Kalau bisa harga tomat di atas lima ribu rupiah atau enam ribu rupiah agar petani dapat untung sedikit dan bisa balik modal tanam," bebernya.
Ia menyebutkan, buah tomat miliknya di lahan seluas kurang lebih satu hektare itu sengaja dibiarkan begitu saja tidak dipanen. Lantaran secara mendadak harga tomat di pasaran sangat murah saat menjelang musim panen tiba.
BACA JUGA: Harga Anjlok, Petani Blitar Biarkan Tomat Mengering di Sawah
Bahkan dirinya, dengan sengaja membongkar tanaman tomat siap panen itu lantaran kalau dipanen justru semakin merugi tidak mencukupi biaya operasional dan balik modal tanam.
"Iya buat apa, barangkali ada orang, tetangga atau siapapun yang membutuhkan tomat untuk dikonsumsi silahkan dipetik saja. Kalau kerugian tomat biaya tanam saja sekitar Rp 40 juta sampai Rp 50 juta," imbuhnya.
Dia menduga penyebab harga tomat murah dipasaran lantaran saking banyaknya ketersediaan barang di pasaran sehingga menekan harga komoditas tersebut. Hasil produksi berlimpah tidak sepenuhnya diserap pasar sehingga terjadi kelebihan barang dan murah.
"Kalau soal konsumen tetap tidak berkurang justru yang semakin bertambah banyak adalah pengirim komoditas tomat lebih besar daripada peminatnya," terangnya.
BACA JUGA: Harga Tomat di Probolinggo Anjlok hingga Rp 1.000 Per Kilogram
Sampai saat ini, hasil komoditas tomat dari petani lokal ini belum ada yang menyerap dari kalangan industri maupun lainnya. Padahal, petani berharap ada badan usaha atau koperasi yang dapat menyerap hasil panen mereka untuk diteruskan ke perusahaan atau korporasi yang membutuhkan bahan baku tomat segar.
"Kalau ada koperasi bisa menyerap komoditas hasil panen petani dipastikan harga tomat tidak terlalu anjlok begini," ucap Suryanto.
Sementara, Kadis Pangan dan Perikanan Kabupaten Mojokerto Nurul Istiqomah, mengatakan akan segera meindaklanjuti Dinas Pangan dan Perikanan Kabupaten Mojokerto akan mengevaluasi penyebab harga komoditas tomat yang merosot tajam mencapai Rp 700 per kilogram.
Pihaknya berkilah selama ini hanya langsung mengetahui harga di pasaran."Terus terang kita belum pernah mengevaluasi terkait itu, yang jelas memang seperti harga sawi. Kalau untuk tomat tidak ada bidang yang fokus mengurus itu sehingga belum evaluasi seksama," ujarnya.
Menurut Nurul, sebenarnya yang lebih berkompeten adalah Disperta. Karena sudah ada bidang budidaya yang memayungi tanaman komoditas hortikultura, juga bisa mengevaluasi mulai masa tanam dan panen.
Sebab, pemekaran Dinas Pangan dan Perikanan itu telah pisah dari Disperta yang kini menangani pertanian dan peternakan semenjak 2016. "Cuma saya tahu laporan harga itu yang dari pasaran dan memang ada. Saya dengar memang turun harganya sudah dua pekan lalu mungkin pas bareng-bareng (Panen Raya) ya salah satu dugaan faktor penyebabnya," imbuhnya.
Nantinya, dinas terkait akan melakukan evaluasi secara simultan terkait penyebab harga komoditas tomat anjlok yang merugikan petani tersebut. Sehingga, aspirasi keluhan dari petani ini bisa didengar dan komoditas hasil panen ini untuk kedepannya dapat diserap pasar yang tentunya dengan harga yang manusiawi tidak merugikan petani.
"Kita evaluasi bareng-bareng kedepannya kenapa kok sampai bisa seperti itu," tandasnya.
Terpisah, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Mojokerto, Teguh Gunarko memaparkan ada lembaga tersendiri yang menangani ketahanan pangan. Sebab, Disperta menangani peternakan, kesehatan hewan dan perkebunan.
"Kita ya tetap kasihan sama petani karena harga rendah itu sehingga biaya produksi tidak sesuai dengan harga pasar, kita berbicara soal produktifitas saja tapi kalau nilai jual itu mekanisme pasar yang lebih tepat di ketahanan pangan," imbuhnya.