
Reporter
NugrohoKamis, 9 April 2020 - 10:30
Editor
Ishomuddin
PINDAH LOKASI. Pedagang asal Madiun yang sebelumnya berjualan di Pasar Talok, Ngawi, terpaksa pindah lokasi di perbatasan Madiun-Ngawi akibat larangan pedagang dari luar Ngawi sebagai bagian pencegahan Covid-19, Kamis, 9 April 2020. Foto: Nd. Nugroho
JATIMNET.COM, Madiun – Sejumlah pedagang asal Kabupaten Madiun yang beraktivitas di Pasar Talok, Kecamatan Karangjati, Kabupaten Ngawi, terpaksa menganggur. Mereka diminta meninggalkan lapak seiring kebijakan Bupati Ngawi Budi Sulistyono tentang pencegahan Covid-19.
Salah satu isinya tentang larangan bagi pedagang dari luar daerah berjualan di pasar yang ada di Ngawi hingga batas waktu yang tidak ditentukan. “Banyak yang tidak jualan dan sebagian kecil mencari tempat lain di wilayah Kabupaten Madiun yang berbatasan dengan Ngawi,” kata Kurnia Rochim, salah seorang pedagang yang terpaksa hengkang dari Pasar Talok, Kamis, 9 April 2020.
Warga Desa Pulerejo, Kecamatan Pilangkenceng, Kabupaten Madiun ini memilih menyewa kios di tepi Jalan Raya Caruban-Ngawi di Desa Muneng, Kecamatan Pilangkenceng, Kabupaten Madiun.
BACA JUGA: Belasan SD di Kota Madiun Disiapkan Jadi Tempat Karantina Pemudik
Di kios baru itu, ia tidak hanya menjual sayuran seperti yang dilakukan di Pasar Talok. Ia juga menjual durian yang didatangkan dari Trenggalek. “Saya sudah memprediksi kalau jualan di tempat baru pasti masih sepi. Maka, saya berinisiatif menjual durian juga,” ujar dia.
Spekulasi yang diambil cukup berhasil. Pada hari pertama pindah lokasi Rabu, 8 April 2020, omzet yang dikantongi sebanyak Rp4 juta. Omzet ini lebih banyak dibandingkan hanya berjualan sayuran di Pasar Talok.
BACA JUGA: Dua Jembatan di Kabupaten Madiun Retak Akibat Pengalihan Jalur Kendaraan Dampak Covid
Sementara itu, Sumarno, warga Desa Muneng, Kecamatan Pilangkenceng, memilih menggelar sayuran di kios bekas bengkel mobil milik anggota keluarganya. Jaraknya dengan Pasar Talok sekitar satu kilometer.
Meski jaraknya tidak terlalu jauh, namun berdampak pada penurunan omzet hingga 50 persen. Saat aktivitas berdagang masih berlangsung di kios Pasar Talok, rata-rata omzet per hari sekitar Rp3,5 juta. Namun, setelah berpindah hanya Rp1,75 juta.
“Mudah-mudahan wabah virus Corona segera berakhir dan aktivitas kami kembali normal,” ujar Sumarno.