Ahmad Suudi

Reporter

Ahmad Suudi

Rabu, 26 Mei 2021 - 09:00

JATIMNET.COM, Banyuwangi – Novian Dharma Putra, 34 tahun, pengusaha kedai kopi mobile asal Kelurahan Taman Baru, Kabupaten Banyuwangi, memegang gawainya, Senin siang, 24 Mei 2021. Dia mengunggah beberapa foto di akun Instagram usahanya @moca_mobilecafe_banyuwangi yang juga berfungsi sebagai media branding.

Promosi melalui media sosial, memperluas jaringan, bergerak secara mobile, melayani pesan antar dalam kemasan botol dan mendekati pesantren merupakan sebagian cara yang ditempuhnya untuk terus meningkatkan penjualan.

Terkait dampak pandemi, menurutnya, kalau pengusaha berhenti justru akan memperberat kondisi. Dia mendorong pelaku UMKM untuk terus bergerak dan berinovasi dalam kondisi krisis sekalipun. Dengan pengaturan pola pikir positif, menurutnya, UMKM akan bisa mencari celah menerobos tantangan masa pandemi. Masalah bantuan, dia berpendapat pelaku UMKM perlu dukungan upaya promosi dari segala lini.

"Pandemi memang membuat dampak yang luar biasa terutama ekonomi, namun setiap masalah pasti ada solusi. Nah, kembali lagi kita mau terbuai pandemi apa mau bangkit," kata dia.

Perjuangan juga dilakukan pelaku UMKM lain di Banyuwangi, misalnya dilakukan anggota Asosiasi Aksesoris, Kerajinan, Kaos, Kuliner, Batik (Akrab) Banyuwangi. Dengan caranya masing-masing, pelaku dari 800 UMKM itu tengah berjuang bangkit. Akrab merupakan asosiasi UMKM lintas jenis produk yang juga dibina Dinas Koperasi, UMKM dan Perdagangan (Diskopum dan Perdagangan) Banyuwangi.

BACA JUGA: Geliat UMKM di Masa Pandemi (1): Produk Makanan Bertahan, Laris saat Lebaran

Ketua Akrab Banyuwangi Samsudin mengatakan masa-masa paling berat bagi UMKM pada pandemi kali ini mulai Agustus 2020 sampai Januari 2021. Saat itu diperkirakan 20 persen anggota Akrab kolaps, dalam artian harus berpindah jenis usaha sekadar untuk menghasilkan pendapatan.

Kebanyakan yang kolaps merupakan pelaku UMKM kerajinan tangan. Volume pekerjaan yang bisa dilakukan perajin tersisa 20 persen dari sebelum pandemi dan 40 persen untuk UMKM makanan olahan.

Usaha yang masih jalan umumnya kuliner serta makananan dan minuman olahan, walau tetap saja mengalami penurunan bisnis secara drastis. Pelaku UMKM produk-produk lain pun kemudian menyambung hidup dengan berjualan makanan matang hingga buah-buahan. Harapan mereka kondisi membaik mulai Mei 2021 juga tidak terjadi, karena nyatanya pembatasan aktivitas masyarakat kembali diperketat.

"Tapi tetap bisnis atau kerajinan (produk) utamanya itu tidak dia tinggal. Setelah pulih akan kembali ke kerajinan awal, karena jiwanya di situ sih," kata Samsudin, Sabtu, 22 Mei 2021.

Saat pelaku UMKM masih sepi pesanan begini, pihaknya bersama Diskopum dan Perdagangan Banyuwangi berupaya memperbanyak pelatihan penjualan secara digital untuk mereka. Namun tidak mudah membuat pelaku UMKM lancar menjual produk mereka secara online. Padahal saat ini penjualan secara daring menjadi salah satu cara paling efektif dalam menggerakkan UMKM. Samsudin mengatakan sebanyak 40 persen anggota asosiasinya masih belum mengaktifkan penjualan daring.

BACA JUGA: Geliat UMKM di Masa Pandemi (2): Penyokong Ekonomi Nasional 

Kasi Pemberdayaan Usaha Mikro Diskopum dan Perdagangan Kabupaten Banyuwangi Budi Pringgo Cahyono mengatakan berbagai dukungan untuk UMKM telah dilakukan pemerintah. Selain pelatihan penjualan digital, dilakukan juga pelatihan pembuatan produk herbal dan peningkatan kualitas dan tampilan produk kuliner. Juga gerakan belanja ke UMKM dan pasar tradisional oleh Pemkab Banyuwangi, kemudahan izin UMKM, UMKM naik kelas dengan memberikan bantuan bahan dan alat produksi serta program teman usaha rakyat.

Program yang disebutkan terakhir diluncurkan akhir Maret lalu. Program itu berupa pengutusan 30 Tenaga Harian Lepas (THL) dari berbagai Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Kabupaten Banyuwangi untuk mendampingi pelaku UMKM. Setiap satu orang akan menjadi teman yang mendampingi 5-10 pelaku UMKM.

Pendampingan yang mereka berikan meliputi pengurusan izin, sertifikat untuk produk, strategi penjualan, penjualan daring, hingga peningkatan kualitas dan kemasan produk. Tenaga-tenaga muda ini telah mendapatkan pelatihan selama seminggu mengenai materi pendampingan UMKM tersebut. Tenggat waktu kerja mereka adalah tiga bulan yang akan dievaluasi kemudian.

"Kalau misalnya track record-nya bagus, akan ditambah. Sekarang belum semua UMKM dapat pendampingan teman usaha rakyat, ini masih kita coba," kata Budi, Kamis, 20 Mei 2021.

Kemudian program gratis ongkos kirim hasil kerjasama Pemkab Banyuwangi dengan PT Pos Indonesia untuk pelaku UMKM warga Banyuwangi. Mereka tidak perlu mendaftar ke dinas untuk mendapatkan bantuan ini. Mereka harus membawa KTP, Nomor Induk Berusaha (NIB) atau Surat Keterangan Usaha (SKU) dari kepala desa untuk pengiriman pertama. Pengiriman selanjutnya hanya perlu membawa KTP yang akan kembali dilayani PT Pos Indonesia tanpa bayar ongkos kirim.

Budi mengatakan dengan plafon anggaran yang disediakan, program ongkos kirim gratis ini bisa menjangkau 300 UMKM dengan jatah Rp300 ribu per UMKM. Dengan mengurangi jumlah bayar pembeli saat berbelanja ke UMKM, pihaknya berharap penjualan daring UMKM meningkat. Terutama untuk produk jajanan dan minuman olahan yang masih laku dengan penjualan daring maupun luring.

BACA JUGA: Plafon Kredit UMKM Bank Jatim Banyuwangi Naik 100 Persen

"Kemarin yang kita data itu memang produk-produk makanan dan minuman kesehatan, seperti jamu, es jahe, kunyit asam yang dibuat instan bubuk, ada yang seperti kantung celup, ada yang cair dalam botol. Teman-teman yang memproduksi itu malah stabil (penjualannya)," kata Budi.

Dia juga mengatakan penjualan produk jajanan pada Lebaran tahun ini lebih bagus daripada tahun lalu. Tahun lalu pembatasan yang diberlakukan oleh pemerintah bahkan berpengaruh secara negatif pada angkutan logistik. Namun tahun ini telah membaik hingga tak ada lagi keluhan keterlambatan kendaraan pengangkut barang.

Budi menyarankan agar pelaku UMKM bergabung ke komunitas atau asosiasi untuk mendapatkan berbagai manfaat. Informasi terkait adanya bantuan, pelatihan, percepatan pengurusan izin dan sertifikat, serta jaringan penjualan maupun permodalan dibagikan dengan lebih cepat di dalam asosiasi. Pihaknya juga menjadi pembina yang turut mengawasi proses-proses yang ada di dalam asosiasi. Dengan itu UMKM lebih mudah menjangkau berbagai bantuan dan dukungan.

Baca Juga

loading...