Cegah Covid, Mahasiswa di Jember Manfaatkan Video Call dalam Jual Beli Hamster
Manfaatkan Pandemi dengan Ternak dan Jual Beli Hamster

Reporter
Faizin AdiSenin, 31 Mei 2021 - 13:40
Editor
Ishomuddin
TERNAK HAMSTER. Hakam menunjukkan hamster yang diternaknya dan sukses memanfaatkan peluang di masa pandemi dengan tetap menerapkan protokol kesehatan, Senin, 31 Mei 2021. Foto: Faizin Adi
JATIMNET.COM, Jember – Pandemi covid-19 tidak saja membuat banyak sektor ekonomi terpukul. Tetapi juga menimbulkan kejenuhan di sebagian masyarakat akibat sejumlah pembatasan.
Namun hal itu justru menjadi ceruk ekonomi tersendiri bagi sejumlah kalangan yang mau kreatif. Seperti yang dirasakan Hakam Tanzul, mahasiswa semester akhir di Universitas Muhammadiyah Jember (UM Jember).
“Ya seperti sektor ekonomi lain, kita cukup terpengaruh dengan pandemi ini,” ujar Hakam.
Berawal dari keinginan untuk mengusir rasa jenuh, Hakam iseng mencoba untuk memelihara sepasang hamster sejak beberapa bulan yang lalu. Dengan perawatan yang cukup mudah dan tanpa menghabiskan waktu, hamster jenis Campbell itu ternyata cepat beranak pinak.
“Iseng saya posting di Instagram, kok ada beberapa teman yang ingin membeli,” tutur mahasiswa Fakultas Hukum ini.
Dari situ, Hakam kemudian mencoba serius membudidayakan hewan imut ini. Tidak butuh ruang yang luas. Dari kamar kosnya yang ada di kawasan Kaliurang, Jember, Hakam mencoba menambah koleksi hamsternya dengan membudidayakan varian yang lain.
BACA JUGA: Terdampak Pandemi, Guru Honorer di Jember Sukses Produksi Jahe Instan
“Saya tambah jenis Syrian dan panda yang permintaannya banyak. Kalau varian Roborovsky, meski harganya cukup mahal, tapi sulit dan butuh waktu lama untuk bisa beranak pinak. Karena itu saya tidak memelihara Robo,” ujar Hakam.
Kecenderungan kejenuhan sebagian masyarakat atas kondisi pandemi membuat bisnis klangenen atau komoditas hobi, seperti budidaya hamster menjadi marak. Dalam sebulan, Hakam bisa mengantongi omzet ratusan ribu hingga sampai satu juta rupiah.
“Seperti kemarin bisnis budidaya tanaman hias lagi meroket. Kalau hamster ini relatif mudah budidaya dan perawatannya. Pakannya juga murah sekali,” tutur Hakam.
Menggunakan akun instagram bernama @hamster_jember, Hakam mampu memasarkan hamster budidayanya kepada konsumen tanpa harus menyewa sebuah ruko.
Ia menggunakan jasa kurir dari sebuah startup lokal Jember. “Karena jasa kurir, pengirimannya dibarengkan dengan yang lain, pakai sistem COD. Tarifnya murah kok, dalam kota, cuma bayar Rp5 ribu untuk sekali kirim. Pengiriman paling jauh pernah sampai ke Lumajang,” tutur Hakam.
Beberapa waktu terakhir, sistem pembayaran di tempat atau Cash on Delivery (COD) sedang marak diperbincangkan di dunia maya. Musababnya, adalah video viral seorang perempuan yang memarahi kurir jasa pengiriman online karena tidak puas dengan barang ia beli secara online. Warganet menilai perempuan dalam video tersebut tidak memahami sistem pengiriman barang secara COD.
BACA JUGA: Beradaptasi di Masa Pandemi (2): Mini Trip, Aman Berwisata Bersama Keluarga di Masa Pandemi
Diakui Hakam, sistem COD memang rawan menimbulkan kesalahpahaman, terutama jika seller (penjual) tidak jujur. Untuk menjaga nama produknya, Hakam menjunjung tinggi transparansi. Ia punya cara khusus untuk mencegah kesalahpahaman, yakni dengan menggunakan video call.
“Jadi sebelum disepakati hamster yang dipilih, saya melakukan video call kepada customer untuk memastikan agar hamster yang dibeli benar-benar sesuai yang diinginkan pembeli. Melalui video call, pembeli bisa melihat secara detail dan lebih dekat hamster yang akan dikirim,” ujar Hakam.
Dengan cara itu, Hakam dan calon pembeli bisa bertransaksi tanpa harus bertatap muka. “Jadi bisa sama-sama puas, ketika hamsternya bisa persis seperti yang dipilih, mereka baru akan bayar kepada kurirnya,” tutur Hakam.
Cara transaksi dengan COD dan berkomunikasi melalui video call dinilai Hakam cukup efektif di masa pandemi. “Meminimalisir interaksi langsung dan lebih praktis juga. Kita juga perlu bersama-sama mengikuti protokol kesehatan (prokes),” kata Hakam.