
Logo muktamar ke-48 Muhammadiyah dan 'Aisyiyiah, di Surakarta, Solo, 18-20 November 2022..Foto: muhammadiyah.or.id
JATIMNET.COM, Surakarta - Muktamar Muhammadiyah dan Aisyiyah ke-48 diselenggarakan di Surakarta atau Solo, Jawa Tengah mulai hari ini hingga Minggu (18 – 20 November 2022). Ada sejumlah agenda dalam perhelatan yang sempat tertunda dua tahun akibat pandemi Covid-19 itu.
Mengutip dari laman resmi Muhammadiyah, Muktamar dengan tema ‘Memajukan Indonesia, Mencerahkan Semesta’ itu juga akan membahas soal empat isu kemanunsian universal. Apa saja ?.
1. Membangun Tata Dunia yang Damai Berkeadilan
Konflik antar beberapa negara akan menjadi salah satu pembahasan dalam Muktamar. Sebab, hal itu berdampak pada politik, ekonomi, sosial, budaa dan bahkan agama. Maka, penyelesauanya tidak bisa ditempuh dengan cara satu cara dan di tangan satu pihak.
Baca Juga : Kekerasan Seksual di Pesantren, Ketum PP Muhammadiyah Angkat Bicara
Oleh karena itu, Muhammadiyah akan ikut serta secara aktif membantu usaha pemerintah untuk memainkan peran juru daamai global melalui politik bebas-aktif. Ini dengan menyediakan sumber daya dan jaringan yang dilmiliki
2. Regulasi dampak perubahan iklim
Perubahan iklim dengan segala dampaknya yang masif merupakan kenyataan yang tidak terhindarkan. Ancaman lingkungan dari gerak antropogenik manusia juga dapat menyebabkan berbagai macam kasus penyebaran penyakit zoonosis yang disebabkan rusaknya habitat asli di mana virus bersarang, misalkan, akibat deforestasi.
Negara-negara dan seluruh kekuatan bangsa-bangsa penting mengembangkan paradigma “membangun tanpa merusak” demi penyelamatan bumi dan planet satu-satunya tempat manusia dan makhluk ciptaan Tuhan hidup.
Baca Juga : Haedar Nashir Imbau Medsos Juga Ikut “Berpuasa”
3. Mengatasi Kesenjangan Antar-Negara
Persaingan ekonomi, teknologi, politik, dan militer antarnegara maju dinilai mengakibatkan kesenjangan antar negara. Maka, Muhammadiyah akan menjadi bagian komunitas internasional untuk menyelamatkan kehidupan penduduk.
Meringgangkan penderitaan dan mengurangi konsekuensi ekonomi politik dan dampak sosial akibat pandemi Covid-19.
4. Menguatnya Xenofobia
Xenofobia adalah sikap dan perilaku yang “anti” terhadap asing atau sesuatu yang asing, bukan hanya dalam pengertian orang asing. Melainkan juga termasuk kepada sikap ‘anti’ dan penolakan terhadap hal-hal yang dianggap asing, seperti keyakinan, budaya, identitas, tradisi dll.
Perlu kerja sama lintas organisasi masyarakat sipil global (global civil society network) untuk terlibat aktif. Ini dalam upaya menanggulangi dampak dan mencegah meluasnya sikap-sikap xenofobia dalam arti luas.
Bukan hanya sikap anti dan diskriminatif terhadap orang asing, melainkan juga sikap antipati dan diskriminatif terhadap kelompok dan identitas yang dianggap berbeda dan asing.