
Reporter
Ahmad SuudiSelasa, 4 Desember 2018 - 10:20
Editor
Rochman Arief
Ilustrator: GIlas Audi
JATIMNET.COM, Banyuwangi – Perum Damri optimistis mampu bersaing dengan bisnis jasa transportasi angkutan darat di tengah transformasi digital. Salah satunya dengan membuka rute dari dan menuju Bandara Blimbingsari Banyuwangi mulai 1 Desember 2018 lalu.
“Kami membuka dua rute, yakni Bandara Blimblingsari – Terminal Sritanjung Ketapang, dengan menerjunkan dua unit, satu unit operasi dan satu unit stand by. Adapun rute lainnya adalah Bandara Blimbingsari – Terminal Genteng yang akan beroperasi Januari 2019,” kata Manager Usaha dan Teknik Damri Cabang Banyuwangi Firdaus, Selasa 4 Desember 2018.
Dia mengakui untuk membuka rute dari dan menuju Bandara Blimbingsari cukup berat. Selain bisnis digital transportasi yang mulai menjamur, juga menghadapi kebiasaan masyarakat Banyuwangi.
“Mayoritas penumpang pesawat dijemput keluarga maupun kerabat. Ini yang menyebabkan kami harus pandai-pandai menaikkan tingkat keterisian tempat duduk (seat load factor/ SLF),” lanjutnya.
Sejak dibukanya rute Bandara Blimbingsari – Sritanjung Ketapang tingkat SLF masih jauh di bawah target. Di hari pertama saja baru mengangkut tiga orang, hari kedua 27 orang, dan hari ketiga turun menjadi dua orang per hari. Adanya peningkatan penumpang di hari kedua, atau Minggu 2 Desember tertolong rombongan backpacker.
Firdaus menerangkan bahwa potensi dan peluang bisnis angkutan di Bandara Blimbingsari cukup besar. Indikatornya adalah volume penumpang per harinya mencapai 1.300 dengan 16 pergerakan pesawat (lepas landas dan mendarat/ take off-landing).
Dari perhitungan bisnis, Firdaus mengaku berupaya agar tidak sampai menutup rute ini karena kekurangan penumpang. Sebab Damri pernah menutup rute dari dan menuju bandara lantaran SLF-nya jauh dari harapan. Itu terjadi di tahun 2016 setelah tiga tahun mengoperasikan bus bandara.
“Tantangan kami adalah mengubah pola pikir (mindset) penumpang beralih ke angkutan massal. Sebab dengan naik angkutan umum jauh lebih murah," tegasnya.
Perum Damri menargetkan tingkat keterisian tempat duduk 10 persen, dari total kapasitas yang mencapai 17 tempat duduk dengan tarif sebesar Rp 25 ribu.