Ini Penyebab Harga Cabai Semakin Pedas

A. Baehaqi

Reporter

A. Baehaqi

Senin, 22 Februari 2021 - 06:20

ini-penyebab-harga-cabai-semakin-pedas

CABAI: Suprihatin bersama cabai dagangannya di pasar relokasi pasar legi, Minggu 21 Februari 2021. Foto: Gayuh.

JATIMNET.COM, Surabaya - Harga cabai rawit di Jawa Timur mulai merangkak naik. Harga di beberapa pasar di Surabaya bahkan mencapai Rp 80-90 ribu per kilogramnya. Jauh dari harga normal yang berkisar Rp 40-50 ribu per kilogramnya.

Kondisi itu masih sama dengan pertengahan Januari 2021. Bulan lalu harga cabai rawit ada dikisaran Rp 70 ribu per kilogram. 

Alimin salah satu pedagang cabai rawit di Pasar Pagesangan Surabaya mengatakan, harga cabai terus naik sejak awal tahun 2021. Ia membenarkan bahwa di pasar sudah melonjak dua kali lipat. "Sekarang harganya Rp 90.000 per kilogram. sebelumnya itu lebih murah sedikit, Rp 80.000," ujar Alimin, Senin 22 Februari 2021. 

Berdasarkan Sistem Informasi Ketersediaan Perkembangan Bahan Pokok (Siskaperbapo) milik Pemprov Jatim, harga cabai rawit mencapai Rp 72.104 per kilogram. Sedangkan cabai merah besar keriting Rp 48.528 per kilogram, dan cabai merah besar biasa Rp 32.953 per kilogram.

Baca Juga: Cabai di Ponorogo Bikin Pedas, Rp 100 Ribu per Kilo

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Jawa Timur Hadi Sulistyo mengatakan, kenaikan ini karena adanya kecenderungan mundurnya musim tanam. Kondisi La Nina dan jumlah curah hujan cukup tinggi mempengaruhi musim tanam periode sekarang.

"Secara periodik memang luas tanaman cabai di Bulan Januari relatif rendah, dan akan mengalami musim puncak panen di April hingga Mei," kata Hadi.

Sebelumnya, Hadi menyebutkan produksi cabai rawit tahun 2020 mencapai 612.978 ton dari luas panen 58.563 hektar. Sebenarnya menurut kebutuhan konsumsi yang hanya 67.008 ton per tahun. Artinya masih surplus 545.970 ton yang biasanya dipakai untuk mencukupi kebutuhan daerah lain.

Produksi cabai tahun 2021, hitungan Hadi asumsinya sebanyak 326.470 ton. "Potensi luas panen komoditi cabai rawit pada semester I (Januari-Juni) sebesar 22.853 hektar dengan produksi sebesar 286.923 ton. Kemudian potensi luas panen komoditi cabai rawit pada semester II (Juli-Desember) sebesar 39.547 hektar," kata dia.

Baca Juga: Harga Cabai Rawit Naik akibat Pasokan Berkurang

Sedangkan cabai besar, potensi luas panennya pada semester I sebesar 5.973 hektar dengan produksi sebesar 55.939 ton. Kemudian potensi luas panen Semester II mencapai 4.221 hektar.

Hadi mengatakan, ada beberapa penyebab kemungkinan terganggunya produksi cabai. diantaranya antisipasi dampak La Nina berupa bencana hidrometeorologi banjir yang berpotensi mengancam sektor pertanian.

Selain itu juga kewaspadaan terjadinya peningkatan serangan Organisme Penganggu Tumbuhan (OPT). Mengingat musim hujan memiliki kelembaban tinggi yang optimal untuk pertumbuhan OPT. Lalu juga peningkatan monitoring perkembangan cuaca/iklim melalui koordinasi dengan BMKG.

Baca Juga