
Reporter
Khoirotul LathifiyahJumat, 22 November 2019 - 06:17
Editor
Dyah Ayu Pitaloka
GENUS. Foto bersama mahasiswa cross culture dari beberapa kampus, yakni Unair Surabaya, ITS Surabaya, Unusa Surabaya, Nepal. Foto: Khoirotul Lathifiyah
JATIMNET.COM, Surabaya – Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) memberikan wadah untuk mahasiswa dan dosen selevel internasional melalui Global Engagement Nahdlatul Ulama of Surabaya (GENUS). Wadah tersebut untuk meningkatkan kualitas kampus dan berdaya saing di level Asean.
“Kami tak ingin hanya jago kandang saja. Kami ingin membangun kerja sama networking dengan beberapa universitas yang bagus di luar negeri,” kata Wakil Rektor I Unusa Kacung Marijan usai launching Genus di Auditorium Tower Unusa Lt 9 Unusa, Jumat 22 November 2019.
Ia menyampaikan, Unusa sudah menjalin kerjasama dengan universitas luar negeri seperti Taiwan, Malaysia, Philipina, dan Australia. Harapannya dengan menyediakan Genus ini mempererat kerjasama antar kampus.
BACA JUGA: Pemprov Jatim Dorong Mahasiswa dan Santri Jadi Pengusaha
Kacung meminta agar wadah ini tidak sekadar MoU saja, tapi bisa diterapkan dalam aktivitas kampus setiap harinya. “Seperti pertukaran dosen atau mahasiswa, kerja sama dalam penelitian atau pun publikasi,” kata dia.
Ia berharap dengan prestasi Unusa yang masuk 100 besar universitas di Indonesia, bisa bersaing atau setara di tingkat Asean. Pihaknya pun menargetkan tujuan tersebut terealisasi pada 2026 mendatang.
Di samping itu, Direktur Genus Wiwik Afridah menyampaikan, momen peresmian Genus sekaligus dijadikan sebagai English Day di lingkungan kampus.
BACA JUGA: Kemenristekdikti Naikkan Kuota Penerima Beaiswa Bidik Misi
“Jadi setiap 22 November akan menjadi hari english day untuk kampus. Sehingga bisa meningkatkan gairah internasionalisasi di level perguruan tinggi,” kata dia.
Ia menyampaikan untuk menunjang wadah Genus, pihaknya menyediakan Kantor Urusan Internasional (KUI). Pastinya layanan tersebut akan mempermudah mahasiswa asing yang akan sekolah di Unusa.
Selain mahasiswa, dosen, dan bisa menuntut ilmu ke luar negeri, bisa dalam bentuk pertukaran pelajar, lokakarya, atau kursus singkat.
“Sejak 2017 penilaian perguruan tingga tidak hanya dinilai dari kegiatan akademik yang semata hanya dilakukan di luar negeri, tapi sekaligus kerja sama internasional pergurauan tinggi,” katanya.