Logo

Gus Choi Ingatkan Ma’ruf Amin Pilihan Koalisi Sembilan Partai

Reporter:

Selasa, 21 August 2018 10:27 UTC

Gus Choi Ingatkan Ma’ruf Amin Pilihan Koalisi Sembilan Partai

Effendi Choirie mengingatkan pemilihan Ma'ruf Amin bukan semata diusung PKB dan PPP. FOTO: Fahmi Aziz.

JATIMNET.COM, Surabaya – Partai politik pengusung Calon Presiden Joko Widodo mulai resah dengan pernyataan Ma’ruf Amin yang menyebutkan warga NU kembali ke Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) pasca penunjukkannya jadi bakal calon wakil presiden.

Pernyataan ini membuat sejumlah partai pengusung menilai seolah-olah PKB dan PPP yang berperan menyokong Ma’ruf Amin sebagai pasangan Jokowi.

Salah satunya disampaikan oleh Partai Nasional Demokrat (NasDem) melalui Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Partai Effendy Choirie (Gus Choi). Dijumpai disela penyerahan hewan kurban ke PWNU Jatim, Selasa, 21 Agustus 2018, dia menyebut Ma’ruf Amin dan Nahdliyin mulai berisik.

“Mulai berisik dengan mengeluarkan pernyataan seperti ilarruju’ (kembali ke PKB) beberapa saat yang lalu. Padahal pengusung partai tidak hanya PKB,” terang Gus Choi, sapaannya.

Ia mengingatkan, Maruf Amien harus sadar bila ia terpilih berdasarkan aklamasi sembilan partai koalisi. Baik PDI Perjuangan, PPP, PKB, Partai Golkar, NasDem, PSI, Perindo, PKPI, dan Hanura.”Bukan hanya PKB ataupun PPP,” tambah dia.

Sehingga, pernyataan yang keluar dari Maruf Amin harusnya pernyataan yang mencerminkan sosok agamawan dan negarawan, bukan pelaku politisi praktis seperti ketika Maruf menjabat Ketua Dewan Syuro PKB.

Menurut Gus Choi, ketika pernyataan itu keluar sebagian partai koalisi banyak yang merasa tidak nyaman. Bila ke depannya ini terus berlanjut, akan berpotensi menimbulkan tidak simpati atau bahkan marahnya partai koalisi lainnya.

Namun, ia menegaskan seluruh partai koalisi bergerak memenangkan pasangan Jokowi-Ma’ruf Amin dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. Pihaknya juga mengajak seluruh peserta pemilu dapat berpolitik dengan cara-cara yang sopan dan santun.

Ia melihat selama ini, koalisi saingannya Prabowo Subianto-Sandiaga Uno kerap kali mencerminkan cara-cara berpolitik yang sebaliknya. “Merasa pintar merasa benar dan merasa paling hebat, takabur,” ujar dia.

Justru praktik berpolitik seperti itu, menyebabkan suasasa kontraproduktif dan tidak mengedukasi masyarakat. Salah satu fenomenanya, marak aksi nyinyir di media sosial dengan pencapaian Jokowi.

Namun, ia yakin masyarakat Indonesia dapat memilah mana informasi yang layak dan tidak. Masyarakat Indonesia menginginkan pemimpin yang santun. “Empat tahun ini terbukti Jokowi dihantam kiri-kanan tidak pernah melawan tetap rendah hati dan sederhana,” pungkas dia.