Dianggap Mencemari Lingkungan, Warga Situbondo Tolak Pembangunan Tambak

Zaini Zain

Reporter

Zaini Zain

Kamis, 13 Februari 2020 - 11:57

dianggap-mencemari-lingkungan-warga-situbondo-tolak-pembangunan-tambak

DITENTANG. Warga menutup jalan dengan memasang kayu agar tak dilewati dump truk pengangkut material tambak, Kamis 13 Februari 2020. Foto: Hozaini.

JATIMNET.COM, Situbondo – Puluhan warga memprotes pembangunan tambak udang di Dusun Karanganyar, Desa Tanjung Pecinan, Kecamatan Mangaran, Situbondo. Penolakan itu karena warga menilai keberadaan tambak berdampak pada pencemaran lingkungan.

Warga menutup akses jalan dengan memasang kayu agar tak bisa dilewati truk pengangkut material ke tambak. Ada sekitar tiga hektare areal persawahan yang akan dijadikan tambak udang.

“Ini sudah puncak kekesalan warga, karena selama ini protes kami tak pernah mendapat respon,” ujar salah satu tokoh masyarakat, Ririman, Kamis, 13 Pebruari 2020.

BACA JUGA: 1.219 Wanita Gugat Cerai Suaminya di PA Situbondo

Dijelaskan Ririman, warga menolak pembangunan tambak karena lokasinya berdekatan dengan perumahan warga dan sekolah. Kabarnya, rencana pembangunan tambak itu milik pengusaha asal Banyuwangi.

Warga ,mendapat informasi bahwa pengusaha tersebut sudah memiliki tambak seluas 10 hektare. Bahkan setiap panen, pembuangan limbah tambak kerap mencemari lingkungan. Selain menimbulkan bau tak sedap, limbah tambak juga menyebabkan ikan di areal tambak tradisional milik warga mati.

Salah satu warga menunjukan tanah yang menimbulkan bau akibat limbah tambak. Foto: Hozaini.

“Sekitar 40 KK terdampak pencemaran limbah dan selama ini tak pernah ada konpensasi. Akibat banyak ikan-ikan tambak tradisonal yang mati,” kata Ririman.

Selain itu, warga di linkungan tambak juga mengeluhkan keberadaan tambak yang mengganggu aktivitas belajar siswa di sekolah. Limbah tambak tersebut menimbulkan bau menyengat hingga empat hari.

BACA JUGA: Investor Tambak Udang Desa Selok Awar-awar Bantah Serobot Lahan Salim Kancil

“Bau limbah membuat siswa pulang lebih awal karena mual-mual,” kata Kepala Sekolah Madrasah Ibtida’iyah Negeri (MIN) 3 Situbondo, Umi Mahmudah.

Menurunya, setiap memasuki musim panen, para siswa biasanya lebih banyak belajar di luar ruangan. Alasannya di luar ruangan, risiko bau limbah tambak bisa tereduksi angin. Pihak sekolah juga berharap tambak memiliki instalasi pengolahan limbah agar tak menimbulkan bau maupun mencemari linkungan.

“Keberadaan tambak di lingkungan sekolah menyababkan tingginya kadar garam. Beberapa bagian gedung sekolah mengelupas karena terkena jamur garam,” terang Umi Mahmudi sambil menunjukan beberapa sisi ruangan sekolah yang mengelupas.

Baca Juga