Reporter

Jatimnet

Minggu, 23 September 2018 - 10:00

JATIMNEt.COM, Sidoarjo – Tidak sulit untuk menemukan 45_coffeshop milik Paul Chrismawan. Dibutuhkan waktu 30 menit dari Kota Sidoarjo menuju Grha Asri Sukodono.

Jika mengambil rute dari pendopo Kabupaten Sidoarjo, menuju bundaran Gelora Delta ke arah barat atau ke arah Kesatrian. Selanjutnya dari Kestrian lurus ke arah utara sudah bertemu dengan perumahan Grha Asri. Patokannya terdapat dua mini market yang saling berhadapan di ujung pintu masuk.

Jika dari arah Kletek, atau dari arah Krian menuju selatan lurus tidak banyak kelokan ke arah Pasar Sukodono. Kemudian masih lurus ke selatan hingga menemui dua minimarket yang saling berhadapan.

Dari situ belok kanan masuk ke perumahan. Dari pintu gerbang sudah terlihat gedung berlantai empat di sisi kanan jalan. Itulah 45_coffeeshop milik Paul Chrismawan.

Maturnuwun rawuhe (terimakasih kunjungannya),” begitu gaya Paul menyapa pelanggannya selepas menyeduh kopi sajiannya.

Paul membuka obrolan dengan memperkenalkan diri sambal berjabat tangan. Dia menceritakan lika-liku membangun kerajaan bisnis kopinya.

Cibiran, ditipu petani kopi, sampai dikerjai kastamer sudah pernah dirasakan. Semuanya dijadikan pelajaran. Menurutnya, tanpa pelajaran tidak akan bisa membangun bisnis.

Pepatah Jawa alon-alon waton kelakon (pelan-pelan asal berjalan). Itulah moto yang digunakan Paul saat menjalankan usahanya.

Paul membangun bisnis kopi di tahun 2009. Dia membuka kedai kopi di rumah kontrakan di perumahan Grha Asri, Sukodono. Tidak banyak yang begitu peduli dengan usahanya. Apalagi kopi single origin masih awam bagi masyarakat.

“Mendapat cibiran sudah seperti makanan sehari-hari. Kopi aneh, kopi kok mahal, kopi kok susah membuat. Itu yang membuat saya termotivasi untuk terus mencoba dan bertahan,” kenang Paul.

Salah satu jurus yang digunakan memberi kopi single origin secara gratis kepada pelanggannya. Biasanya pelanggan datang hanya untuk menitipkan jasa sangrai. Maklum, Paul memulai usaha dengan membuka jasa sangrai, sebelum membuka kedai.

“Kalau dibiliang rugi, ya pasti rugi. Tapi ini saya lakukan untuk memberikan pelajaran tentang kopi nusantara ke masyarakat,” ucap ayah empat anak ini.

Memulai usaha dengan mengontrak rumah, Paul terus mengedukasi kopi Indonesia kepada masyarakat agar tahu betapa nikmatnya sensasi kopi nusantara.

Usahanya yang kian berkembang mendorongnya membuka kafe di tempat kontrakan tersebut. Bahkan dia harus meninggalkan pekerjaannya sebagai tekisi di salah satu perusahaan telekomunikasi.

Salah satu sudut di lantai empat 45_coffeeshop milik Paul Chrismawan. FOTO: Nur Annisa

Salah satu sudut di lantai empat 45_coffeeshop milik Paul Chrismawan. FOTO: Nur Annisa

Dalam perjalanan waktu, usaha yang digelutinya kian berkembang. Maua tidak mau, Paul menambah kedai di Deltasari Sidoarjo dan satu lagi di kawasan Nginden Semolo, persisnya dekat kantor Kecamatan Sukolilo.

Kedai kopi yang dibangunnya sudah mulai terdesak dengan kebutuhan tempat yang representatif. Paul lantas membeli tanah dan membangun kedai di tahun 2016.

Gedung itu hanya beberapa meter saja dari rumah kontrakannya, untuk dijadikan kedai yang lebih cocok sebagai coffeeshop.

Tepat Mei 2017, kedai dengan empat lantai itu berdiri. Adapun kedai kopi di Deltasari dan Semolowaru ditutup, dan semuanya dipusatkan di Sukodono.

Paul memiliki keunikan dalam penyajian kopi nusantara. Dia tak segan membagikan pengetahuan tentang bisnis kopi. Terlebih bagi calon pengusaha kedai kopi.

Umumnya calon pengusaha warung kopi diajari cara menyeduh dan mengenali peralatan. Tujuannya agar calon pengusaha ini tidak salah “jalan” cara menyeduh dan mengenali kopi single origin.

“Saya senang jika makin banyak orang yang berwiraswasta kopi yang sama. Jadi saya bisa memberikan pelajaran pada mereka untuk mengembangkan bisnis kopi. Saya tidak takut bersaing, karena sudah memiliki pasar sendiri,” kata Paul.

Ucapannya bukan omong kosong. Usahanya tidak hanya melayani tamu yang menyeduh kopi satu cangkir-dua cangkir. Kedai 45_coffeeshop sudah melayani pesanan kopi dan barista tool hingga beberapa daerah. Seperti Jember, Yogyakarta, Jakarta, Bandung, bahkan pernah mengirim kopi ke Sulawesi.

Paul merupakan satu dari sekian perintis kopi di Jawa Timur. Dia memiliki 80 jenis kopi dari berbagai daerah. Dia kini kerap turun ke petani untuk memberi edukasi cara menanam, memanen hingga memasarkan.

“Memberi pendampingan itu penting, agar petani tahu cara merawat kopi. Kami bersedia membeli mahal, asal proses panennya benar. Karena nantinya kualitas akan tetap terjaga. Dengan begitu, petani akan merasa dihargai jeri payahnya,” urai suami Veronika Putri itu.

Pada saat meninggalkan kedai berlantai empat itu, aroma kopi yang disangrai masih tercium. Bahkan hingga pos keamanan yang berjarak 100 meter dari kedai. Sesekali kepulan asap terlihat dari luar kedai.

Baca Juga

loading...